Meski debat tersebut menciptakan dinamika politik, untuk menemukan jawaban objektif, agar tak salah paham, kita perlu menjauh dari sentimen politik dan melakukan uji kebenaran terhadap jawaban Mahfud MD., tersebut.
Dalam uji kebenaran koherensi, pendapat Mahfud MD., tampaknya memiliki koherensi dengan pandangan Athenais Gagey, seorang penulis filonomist yang fokus pada Filsafat, Politik, dan Ekonomi di Universitas Warwick, Inggris. Gagey menyoroti beberapa strategi yang dapat membantu mengurangi biaya transisi ke arah ramah lingkungan.
Salah satu strategi yang disebutkan oleh Gagey adalah praktik daur ulang baterai listrik, seperti yang akan diterapkan di Prancis sekitar tahun 2030. Ini sejalan dengan poin jawaban Mahfud MD., tentang pentingnya daur ulang dalam ekonomi hijau (di negara Indenesia, red.).
Selain itu, Gagey juga membicarakan kesepakatan hijau yang diadopsi oleh Uni Eropa untuk memastikan bahwa transisi ke ekonomi ramah lingkungan tidak hanya memberikan dampak positif pada lingkungan, tetapi juga memperhatikan aspek (keadilan sosial) sosial.
Impelementasinya, menurut Gagey, melalui penciptaan dana sosial (social fund) untuk perubahan iklim (climate change), yang bertujuan untuk mengatasi kemiskinan terkait biaya energi dan mobilitas.
Pandangan Gagey dan Mahfud MD., menunjukkan bahwa kebijakan-kebijakan yang mendukung ekonomi sirkuler dan ramah lingkungan dapat menjadi solusi dalam mengatasi greenflation. Strategi daur ulang dan kesepakatan hijau menjadi langkah-langkah konkret yang dapat diambil untuk mencapai tujuan ini.
Meskipun demikian, penting untuk dicatat bahwa setiap strategi yang diusulkan untuk mengatasi greenflation perlu disertai dengan implementasi yang cermat dan pemantauan terus-menerus untuk memastikan efektivitasnya.