“Apalagi ulama kan ingin mengembangkan sayap dan dakwahnya. Makanya di lambang Nahdlatul Ulama, dhot-nya (huruf arab) itu kan bisa melewati gambar dunia, bumi, pesannya adalah agar kebangkitan dakwah NU bukan hanya di Nusantara, tapi juga dunia,’ katanya.
Saat ditanya, apakah AHY termasuk keluarga besar NU, Kiai Miftach membenarkan. “Tentu saja. Waktu pengukuhan PBNU di Balikpapan, Mas AHY ini satu-satunya ketua partai yang menggunakan sarung.”
Selama diskusi, AHY dan rombongan disuguhi buah duku dan kopi gahwa, kopi khas Timur Tengah yang dibuat dari berbagai rempah-rempah seperti jahe, serai, kapulaga, cengkeh, dan kayu manis. Ini cocok dengan suasana hujan yang kebetulan turun.
AHY juga dijamu makan siang oleh Pak Kiai dengan menu Nasi Briyani ayam dan kambing. “Saya sangat menikmati jamuannya Pak Kyai, terima kasih. Saya harap ini bukan silaturahmi yang terakhir,” pungkas AHY.
“Mudah-mudahan nanti Mas AHY ada waktu untuk berkunjung kembali ke sini,” tutup Pak Kiai. (*)