Lulusan SMA/sederajat masih mendominasi angka pengangguran dengan TPT sebesar 10,20 persen. Lulusan SMP menyusul dengan 5,22 persen, sementara lulusan SD ke bawah hanya 0,29 persen.
Data ini menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan tidak selalu berbanding lurus dengan mudahnya mendapatkan pekerjaan. Hal ini terjadi terutama jika kurikulum pendidikan tidak sesuai dengan kebutuhan pasar.
Pada 2024, TPT turun lagi menjadi 2,50 persen. Penurunan ini bisa diartikan sebagai perbaikan kondisi ketenagakerjaan, tetapi juga bisa mencerminkan pergeseran pola kerja ke sektor informal.
Ketimpangan gender tetap bertahan, dengan TPT laki-laki sebesar 3,30 persen dan perempuan hanya 1,36 persen. Hal ini menunjukkan bahwa perempuan masih mengalami hambatan dalam memasuki pasar kerja formal.
Secara keseluruhan, meskipun TPT Kabupaten Sampang mengalami tren penurunan dalam empat tahun terakhir, masih ada tantangan besar yang harus dihadapi. Ketimpangan gender, ketidaksesuaian pendidikan dengan pasar kerja, serta dominasi sektor informal menjadi isu utama yang harus diselesaikan.
Pemerintah daerah perlu merancang kebijakan ketenagakerjaan yang lebih strategis. Salah satunya dengan memperkuat pelatihan berbasis industri bagi lulusan SMA dan SMK serta mendorong sektor formal untuk lebih inklusif terhadap perempuan.
Jika kebijakan hanya berfokus pada angka pengangguran tanpa memperhatikan kualitas pekerjaan, maka penurunan TPT tidak akan sejalan dengan peningkatan kesejahteraan masyarakat. Oleh karena itu, diperlukan langkah konkret agar tenaga kerja di Kabupaten Sampang mendapatkan pekerjaan yang layak dan berkelanjutan.