Tidak heran (atau tak salah) jika para cendekiawan atau ilmuwan modern di Eropa atau bahkan benua lain menyebut kalender ini sebagai karya teknologi dan ilmiah yang menakjubkan pada masanya.
Namun, perjalanan menuju penerimaan universal tidaklah mudah. Banyak negara Protestan menolak adopsi kalender ini hingga berabad-abad kemudian.
Inggris, misalnya, baru mulai menggunakannya pada tahun 1752. Hingga kini, beberapa komunitas Ortodoks Timur masih memegang teguh Kalender Julian untuk ritual keagamaannya.
Meski begitu, Kalender Gregorian tetap menjadi simbol harmoni antara pergerakan Bumi dan siklus alam. Kritik terhadap kompleksitas sistem kabisatnya tidak mengurangi perannya sebagai standar global.
Kalender ini bukan hanya sebagai instrumen atau alat penanda waktu, tetapi juga sebagai cerminan kejayaan ilmu pengetahuan dan spiritualitas manusia.
Dengan relevansinya yang sangat kuat, Kalender Gregorian mengajarkan pada kita semua bahwa inovasi masa lalu memiliki kekuatan untuk membimbing masa depan.
Sebuah warisan dari Barat, Kalender Gregorian atau Kalender Gregoius, kemudian menjadi warisan universal yang menghubungkan peradaban dengan tatanan kosmis, ia tetap menjadi penuntun setia di tengah arus zaman.