Jakarta – Indonesia, pada Senin (07/01/2025), secara resmi menjadi anggota penuh BRICS+, menjadikannya negara Asia Tenggara pertama yang bergabung dengan blok ekonomi berkembang ini, Jumat (10/01/2025).
Keputusan ini diumumkan oleh pemerintah Brasil (negara di kawasan Amerika Selatan, red.), yang saat ini memegang kepemimpinan (atau kepresidenan, red.) BRICS.
Kementerian Luar Negeri Indonesia menyatakan bahwa keanggotaan ini mencerminkan peran aktif Indonesia dalam isu global dan komitmennya terhadap kerja sama multilateral.
Presiden Prabowo Subianto, yang baru menjabat beberapa bulan sebelum pengajuan keanggotaan, memprioritaskan langkah ini sebagai bagian dari kebijakan luar negerinya.
Sebelumnya, di bawah pemerintahan Presiden Joko Widodo, Indonesia lebih fokus pada upaya menjadi anggota OECD yang berbasis di Paris.
Bergabungnya Indonesia dengan BRICS, sebagaimana diberitakan di pelbagai media, menambah jumlah anggota menjadi sepuluh, termasuk Brasil, Rusia, India, China, Afrika Selatan, Iran, Mesir, Ethiopia, dan Uni Emirat Arab.
Langkah ini dipandang oleh Ruli Inayah Ramadhoan, Dosen Hubungan Internasional Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), sebagai upaya Indonesia untuk memperkuat posisinya di antara negara-negara berkembang dan menantang dominasi Barat dalam tatanan global.
Namun, beberapa ahli politik internasional, terutama dari Barat, mengkhawatirkan potensi peningkatan ketergantungan Indonesia pada China dan Rusia, yang memiliki pengaruh dominan dalam BRICS.
Selain itu, diskusi BRICS mengenai penguatan mata uang lokal untuk mengurangi ketergantungan pada dolar AS dapat memicu ketegangan dengan Amerika Serikat dan sekutunya.