Jika dirata-rata, selama 2019 hingga 2024, pertumbuhan IPM Sampang belum mencapai 1 persen per tahun. Artinya, meskipun ada upaya dan geliat pembangunan, hasilnya tetap jauh dari memadai.
Pemerintah Kabupaten Sampang harus lebih dari sekadar merayakan kenaikan angka. Tantangannya bukan hanya mengejar ketertinggalan, tapi juga membalik persepsi sebagai wilayah “tertinggal abadi” dalam peta pembangunan Jawa Timur.
Rendahnya IPM mencerminkan kondisi pendidikan yang belum merata, kualitas layanan kesehatan yang tertinggal, dan penghasilan masyarakat yang masih jauh dari layak. Ini bukan hanya angka statistik, tetapi cerminan nyata dari kesejahteraan yang belum tercapai.
Setiap kenaikan IPM di Sampang sejauh ini belum mampu menjadi daya dorong bagi perubahan struktural. Pemerintah daerah dan pemangku kepentingan di Kabupaten Sampang harus mengevaluasi pendekatan pembangunan yang terlalu lambat dan bersifat tambal sulam.
Jika Sampang ingin keluar dari stigma “juru kunci” pembangunan manusia di Jawa Timur, maka dibutuhkan terobosan, bukan sekadar program rutin. Perubahan harus dimulai dari keberanian mengakui kegagalan dan keseriusan memperbaikinya.