Bangkalan – Kalender Julian adalah sistem penanggalan yang diperkenalkan oleh Julius Caesar pada tahun 46 SM di Kekaisaran Romawi. Sistem ini dirancang untuk mengatasi ketidaktepatan kalender tradisional Romawi yang meleset dari siklus matahari.
Ciri khas Kalender Julian adalah satu tahun terdiri dari 365 hari, dengan tambahan satu hari pada tahun kabisat setiap empat tahun sekali. Rata-rata satu tahun dalam kalender ini adalah 365,25 hari, yang mendekati siklus tahunan revolusi Bumi terhadap Matahari.
Matematikawan dan astronom Yunani, Sosigenes dari Alexandria membantu Julius Caesar dalam merancang Kalender Julian. Sosigenes menggunakan kalender matahari Mesir Kuno sebagai dasar pengembangan kalender ini.
Kalender Julian menjadi reformasi besar dalam sistem penanggalan Romawi. Sebelumnya, kalender tradisional Romawi Kuno telah bergeser tiga bulan lebih cepat dari siklus matahari pada tahun 40-an SM.
Dalam reformasinya Julius Caesar menyelaraskan kalender tradisional dengan kalender matahari. Sistem baru ini membagi tahun menjadi 12 bulan, yaitu Januari hingga Desember, dengan jumlah hari yang bervariasi antara 30 dan 31 hari.
Bulan Februari memiliki 28 hari, kecuali pada tahun kabisat yang memiliki 29 hari. Dengan pengaturan ini, kalender mendekati siklus astronomis, meskipun terdapat sedikit ketidaktepatan.
Kalender Julian mulai diterapkan secara resmi pada 1 Januari 45 SM. Pada masa itu, kalender ini menjadi acuan utama di Kekaisaran Romawi dan negara-negara Barat selama lebih dari 1.600 tahun.
Namun, hitungan rata-rata tahun 365,25 hari membuat Kalender Julian tidak sepenuhnya akurat. Tahun kalender menjadi lebih panjang 11 menit 14 detik dibandingkan siklus matahari sebenarnya.