Meskipun pemerintah menetapkan target investasi pada tahun 2024 sebesar Rp1.617 triliun, yang lebih tinggi dari tahun sebelumnya, Said Abdullah menganggap pencapaian target tersebut tidak mudah. Terlebih lagi, kondisi politik dalam negeri dan global turut memengaruhi arus modal ke Indonesia.
Said Abdullah mencatat bahwa ketegangan global di Timur Tengah, konflik Rusia-Ukraina yang belum mereda, dan perseteruan antara Tiongkok dan Amerika Serikat di Asia Timur dapat menjadi hambatan bagi masuknya investasi asing ke Indonesia. Investor global, menurutnya, cenderung memilih negara-negara dengan kondisi ekonomi yang lebih stabil.
“Dalam situasi ini, saya rasa wajar jika Bank Dunia membuat proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia lebih rendah dari target APBN 2024,” tambah Said Abdullah. Bank Dunia memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 4,9 persen, sedangkan asumsi makro di APBN 2024 menetapkan 5,2 persen.
Kesimpulannya, Said Abdullah mengakui bahwa mencapai target investasi di tahun politik ini menjadi sebuah tantangan berat. Faktor-faktor seperti ketidakpastian politik dan kondisi global yang tidak menentu dapat mempengaruhi kinerja ekonomi Indonesia.
Oleh karena itu, fokus pada sektor pangan dan energi hijau diharapkan dapat menjadi langkah strategis untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.