Ketegangan di Sweida Suriah Memuncak, Konflik Antara Suku Badui dan Pejuang Druze Memanas

Madurapers
Tentara Suriah menjaga pos pemeriksaan setelah bentrokan antara anggota sekte minoritas Druze dan pejuang pro-pemerintah di Jaramana.
Tentara Suriah menjaga pos pemeriksaan setelah bentrokan antara anggota sekte minoritas Druze dan pejuang pro-pemerintah di Jaramana. (Foto: Omar Sanadiki/AP, via Al-Jazeera, 2025).
  • Sweida – Pertempuran brutal kembali pecah di kota Sweida, Suriah selatan, menandai babak baru dalam ketegangan panjang antara suku Badui dan komunitas Druze. Konflik ini menyebabkan korban jiwa dan menunjukkan betapa rapuhnya stabilitas di wilayah yang selama ini relatif damai.

Bentrokan terjadi pada Minggu (13/07/2025), dan merupakan kekerasan mematikan pertama sejak insiden besar di bulan April-Mei 2025. Pejuang dan warga saling berhadapan dalam ketegangan yang memperlihatkan bahwa luka lama belum sembuh.

Menurut Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia, sedikitnya delapan orang tewas dalam kejadian terbaru ini. Enam di antaranya adalah anggota komunitas Druze, sementara dua lainnya berasal dari suku Badui, memperlihatkan eskalasi kekerasan yang mengkhawatirkan.

Media lokal Sweida 24 melaporkan bahwa tujuh orang tewas, termasuk seorang anak, dan sekitar 32 orang terluka akibat penembakan di lingkungan Maqus. Situasi menjadi semakin tidak terkendali dan mengancam keamanan warga di kawasan tersebut.

Penutupan jalan raya Damaskus-Sweida dilakukan sebagai langkah darurat guna mencegah penyebaran kekerasan yang lebih luas. Pemerintah Suriah mengirimkan pasukan tentara untuk mengendalikan situasi yang semakin memburuk dan menjaga ketertiban.

Gubernur Sweida, Mustapha al-Bakour, menyerukan masyarakat untuk menahan diri dan mengikuti seruan nasional untuk reformasi. Ia menegaskan bahwa ketenangan masyarakat sangat penting demi mencegah konflik yang lebih besar dan memastikan stabilitas daerah.