Ketegangan di Sweida Suriah Memuncak, Konflik Antara Suku Badui dan Pejuang Druze Memanas

Madurapers
Tentara Suriah menjaga pos pemeriksaan setelah bentrokan antara anggota sekte minoritas Druze dan pejuang pro-pemerintah di Jaramana.
Tentara Suriah menjaga pos pemeriksaan setelah bentrokan antara anggota sekte minoritas Druze dan pejuang pro-pemerintah di Jaramana. (Foto: Omar Sanadiki/AP, via Al-Jazeera, 2025).

Suku Druze di Suriah, yang berjumlah sekitar 700.000 orang, merasa cemas terhadap masa depan mereka di tengah ketegangan yang terus meningkat. Sweida menjadi pusat komunitas mereka, dan kekerasan ini menimbulkan ketakutan akan hilangnya hak dan keselamatan mereka di tengah perubahan politik yang sedang berlangsung.

Sejak penggulingan Bashar al-Assad pada bulan Desember, kekhawatiran atas hak-hak minoritas semakin meningkat di seluruh Suriah. Faksi Badui dan Druze telah lama berseteru, dan kekerasan baru ini memperlihatkan bahwa ketegangan tersebut belum mereda sepenuhnya.

Dalam beberapa bulan terakhir, pemimpin lokal dan tokoh agama berusaha menenangkan suasana dengan menandatangani perjanjian untuk mencegah eskalasi. Mereka berharap integrasi pejuang Druze ke dalam pemerintahan bisa menjadi solusi jangka panjang yang efektif untuk mengatasi konflik.

Kekerasan yang kembali pecah membuktikan bahwa proses perdamaian dan rekonsiliasi di wilayah ini masih jauh dari kata selesai. Ketegangan yang terus meningkat menguji kemampuan pemerintah dan komunitas untuk mengendalikan situasi dan mengembalikan keamanan.

Masyarakat menunggu langkah nyata dan keberanian dari pihak berwenang untuk mengakhiri kekerasan ini dan memulihkan kedamaian di Sweida. Konflik yang berkepanjangan ini menegaskan bahwa jalan menuju stabilitas masih panjang dan penuh tantangan.