Muhri juga mengusulkan pembangunan embung atau sistem drainase yang lebih besar di kawasan selatan Unija dan Patean sebagai salah satu solusi jangka panjang. Namun, ia menyadari bahwa proyek semacam ini memerlukan anggaran yang besar.
“Kami memahami bahwa membangun embung atau sistem drainase baru membutuhkan dana besar. Namun, dalam jangka pendek, kita bisa mulai dengan membangun saluran air yang lebih lebar dan meningkatkan kualitas sistem drainase yang sudah ada. Minimal dalam satu tahun ke depan, kita ingin melihat ada progres yang nyata,” tambahnya.
Ia juga menyoroti daerah sekitar Hotel MYZE yang kerap mengalami banjir akibat kondisi jalan yang lebih rendah. Menurutnya, daerah ini membutuhkan talangan air sebagai solusi sementara untuk mengurangi dampak banjir sebelum dilakukan pembangunan infrastruktur yang lebih besar.
“Pembangunan bendungan besar memang masih menjadi tantangan karena keterbatasan anggaran. Tapi, jika kita mulai dengan solusi yang lebih sederhana seperti talangan air, ini bisa membantu mengurangi genangan air yang terjadi setiap hujan deras,” kata Muhri.
Komisi III DPRD Sumenep berkomitmen untuk terus mengawal penanganan banjir agar tidak menjadi persoalan tahunan yang berulang. Diharapkan, dengan koordinasi yang intensif antara legislatif dan eksekutif, permasalahan banjir di Sumenep dapat segera teratasi dengan solusi yang konkret dan berkelanjutan.