Keempat, Rosa Parks (1913–2005). Rosa Parks dianggap sebagai ibu dari gerakan hak-hak sipil modern di Amerika. Dia terkenal karena menolak menyerahkan kursinya di bus kepada seorang pria di Alabama pada tahun 1955, yang menyebabkan penangkapannya. Protes dalam bentuk aksi duduk dan makan-makan dimulai di Montgomery dan segera menyebar ke seluruh negara bagian. Sebagaimana dalam biografinya dinyatakan, “tindakannya yang tenang dan berani mengubah Amerika, pandangannya tentang orang kulit hitam dan mengarahkan kembali jalannya sejarah.”
Dia adalah seorang aktivis bahkan sebelum terjadinya insiden di bus tahun 1955. Pada tahun 1930-an, dia berjuang untuk membebaskan “Scottsboro Boys,” sekelompok sembilan pemuda kulit hitam yang dituduh memperkosa dua wanita kulit putih di kereta api dekat Scottsboro, Alabama. Parks dan suaminya (Raymond Parks) juga bekerja sama dengan National Association for the Advancement of Colored People (NAACP).
Dia kemudian pindah ke Detroit dan menjadi diakones (red: diaken/diakon perempuan) di Gereja Episkopal Methodis Afrika. Rosa Parks menerima 43 lebih gelar doktor kehormatan, dan pada tahun 1996, Presiden William Clinton memberinya Medali Kebebasan.
Kelima, Nelson Mandela (1918–2013). Revolusioner anti-apartheid Afrika Selatan mengilhami kampanye internasional untuk pembebasannya dari penjara di mana dia menjalani hukuman seumur hidup atas tuduhan sabotase dan konspirasi untuk menggulingkan pemerintah.
Setelah 27 tahun di penjara, dia dibebaskan pada tahun 1990, tiga tahun kemudian ia dianugerahi Penghargaan Nobel Perdamaian bersama FW de Klerk atas upaya mereka untuk membatalkan kebijakan apartheid rasis Afrika Selatan. Pada tahun 1994, Mandela dilantik sebagai presiden kulit hitam pertama Afrika Selatan, posisi yang dia pegang hingga 1999.