Meskipun partai politik sering kali mengadopsi prosedur demokratis seperti pemilihan umum dan konvensi partai, namun Michels berpendapat bahwa proses ini sering kali menjadi formalitas belaka dan tidak efektif dalam menyeimbangkan kekuatan antara elit dan anggota biasa.
Selain itu, Michels juga menyoroti peran penting yang dimainkan oleh kepemimpinan karismatik dalam partai politik. Dia mengamati bahwa pemimpin karismatik memiliki kemampuan untuk memobilisasi massa dan memengaruhi arah kebijakan partai politik.
Namun demikian, Michels memperingatkan bahwa pemimpin karismatik sering kali cenderung menjadi otoriter dan menggunakan kekuasaannya untuk memperkuat dominasi elit dalam partai politik.
Dalam konteks ini, Michels menyatakan bahwa konsep demokrasi dalam partai politik sering kali menjadi “mitos”, di mana kekuasaan sebenarnya tetap terkonsentrasi pada sekelompok elit yang memiliki kepentingan untuk mempertahankan status quo.
Dia memperingatkan bahwa oligarki dalam partai politik dapat mengancam keseimbangan kekuasaan dalam sistem politik dan mengurangi representasi serta partisipasi politik masyarakat.
Pandangan Michels tentang partai politik telah memicu debat yang panjang di kalangan ilmuwan politik. Beberapa ilmuwan politik mempertanyakan sejauh mana generalisasi Michels dapat diterapkan pada semua konteks politik, sementara yang lain menganggap bahwa pengamatannya tentang dominasi elit dalam partai politik memiliki relevansi yang kuat dengan dinamika politik modern.
Meskipun demikian, sejumlah penelitian empiris telah memberikan dukungan terhadap konsep “hukum oligarki” yang diusulkan oleh Michels. Penelitian tentang partai politik di berbagai negara menunjukkan bahwa kecenderungan oligarkis dalam struktur dan dinamika partai politik merupakan fenomena yang umum terjadi.