Opini  

Perayaan Idulfitri dan Konsumerisme

Mohammad Fauzi, pemerhati sosial-politik, tinggal di Jawa Timur
Mohammad Fauzi, pemerhati sosial-politik, tinggal di Jawa Timur (Dok. Madurapers, 2025).

Fakta tersebut juga diungkap oleh Ainun Mardiah (2018) dalam penelitiannya “Analisis Perilaku Konsumtif Masyarakat Muslim Menjelang Idul Fitri di Kota Pekanbaru”. Ainun Mardiah mengungkapkan bahwa konsumsi masyarakat melonjak drastis menjelang Idulfitri. Tradisi mudik, berbagi hadiah, dan belanja kebutuhan lebaran menjadi faktor utama peningkatan pengeluaran.

Dorongan sosial dan budaya membuat masyarakat merasa harus membeli barang baru agar dapat tampil lebih baik dan berbagi lebih banyak selama perayaan. Hal ini diperkuat oleh media yang memainkan peran besar dalam membentuk pola konsumsi dengan strategi pemasaran yang agresif.

Akibatnya, banyak individu menghabiskan tabungan atau bahkan berutang demi memenuhi gaya hidup konsumtif. Setelah Idulfitri, mereka menghadapi tekanan finansial yang signifikan akibat pengeluaran yang tidak terkendali.

Islam mengajarkan nilai kesederhanaan dalam perayaan Idulfitri. Konsumerisme yang berlebihan bertentangan dengan esensi ajaran agama yang menekankan kebijaksanaan dalam mengelola harta.

Bijak dalam mengelola keuangan menjadi solusi utama. Masyarakat harus mampu membedakan antara kebutuhan utama dan keinginan semata agar tidak terbebani secara finansial setelah perayaan berakhir.

Angella Yunita Azarah dkk. (2024) dalam penelitian “Budaya Konsumsi Baju Lebaran sebagai Bentuk Sosial Gaya Hidup Konsumtif Pada Desa Jubung Kecamatan Sukorambi Kabupaten Jember” menjelaskan bahwa budaya konsumsi merupakan bagian dari gaya hidup modern. Konsumsi bukan hanya tentang pemenuhan kebutuhan, tetapi juga simbol status sosial.

Eksplorasi konten lain dari Madurapers

Langganan sekarang agar bisa terus membaca dan mendapatkan akses ke semua arsip.

Lanjutkan membaca