Opini  

Perayaan Idulfitri dan Konsumerisme

Mohammad Fauzi, pemerhati sosial-politik, tinggal di Jawa Timur
Mohammad Fauzi, pemerhati sosial-politik, tinggal di Jawa Timur (Dok. Madurapers, 2025).

Media sosial memperkuat pola konsumsi ini. Influencer dan iklan digital memainkan peran besar dalam menentukan preferensi masyarakat terhadap suatu produk, menciptakan dorongan konsumtif yang semakin sulit dikendalikan.

Pola konsumsi yang berlebihan tidak hanya berdampak pada ekonomi, tetapi juga lingkungan. Produksi barang dalam jumlah besar meningkatkan limbah dan eksploitasi sumber daya alam, yang dapat mengancam keberlanjutan ekosistem.

Selain itu, konsumerisme memperparah kesenjangan sosial. Kelompok berpenghasilan rendah kesulitan mengikuti tren konsumsi, yang pada akhirnya memicu tekanan sosial yang lebih besar dalam masyarakat.

Pendidikan mengenai konsumsi bijak menjadi sangat penting. Kesadaran akan keberlanjutan dan pola hidup minimalis dapat membantu mengurangi dampak negatif dari konsumsi yang tidak terkendali.

Pemerintah dan produsen perlu berperan dalam mengendalikan budaya konsumsi. Regulasi terhadap iklan dan kebijakan produksi yang lebih berkelanjutan dapat menjadi langkah strategis dalam menekan dampak negatif konsumtif.

Idulfitri seharusnya menjadi momentum untuk memperkuat nilai-nilai spiritual dan kebersamaan. Konsumerisme yang berlebihan justru menjauhkan masyarakat dari makna sejati perayaan ini.

Masyarakat perlu mengubah pola konsumsi menjadi lebih bertanggung jawab. Dengan demikian, perayaan Idulfitri 1446 Hijriah/2025 Masehi dapat kembali menjadi ajang refleksi dan berbagi dengan sesama, bukan sekadar momen konsumsi berlebihan.

 

Mohammad Fauzi, pemerhati sosial-politik, tinggal di Jawa Timur.

Eksplorasi konten lain dari Madurapers

Langganan sekarang agar bisa terus membaca dan mendapatkan akses ke semua arsip.

Lanjutkan membaca