Tiongkok tetap menjadi pemasok terbesar bagi impor nonmigas Indonesia, menyumbang sekitar 37,98 persen dari total impor, diikuti oleh Jepang dan Thailand. Sementara itu, impor nonmigas dari ASEAN dan Uni Eropa juga tetap signifikan.
Dalam hal penggunaan barang, terjadi peningkatan yang signifikan pada impor barang konsumsi sebesar 22,73 persen, sementara bahan baku/penolong mengalami penurunan sebesar 4,23 persen, dan barang modal naik sebesar 14,20 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
Meskipun demikian, neraca perdagangan Indonesia pada bulan Februari 2024 mencatat surplus sebesar US$0,87 miliar. Surplus ini terutama berasal dari sektor nonmigas yang mencapai US$2,63 miliar, namun tereduksi oleh defisit pada sektor migas sebesar US$1,76 miliar.
Perkembangan ini menunjukkan dinamika kompleks dalam perdagangan Indonesia, di mana meskipun terdapat penurunan pada impor secara keseluruhan, namun terdapat peningkatan pada beberapa sektor tertentu.
Sementara itu, surplus perdagangan menunjukkan bahwa meskipun terdapat tantangan, namun ekonomi Indonesia tetap menunjukkan ketahanan yang cukup baik dalam menghadapinya.
