Namun, ada beberapa tantangan yang harus dihadapi Indonesia. Salah satunya adalah potensi ketegangan dengan mitra tradisional. Bergabung dengan BRICS dapat menciptakan persepsi bahwa Indonesia lebih dekat dengan Cina dan Rusia, yang mungkin memengaruhi hubungan dengan negara-negara Barat seperti Amerika Serikat dan Uni Eropa.
Selain itu, keputusan ini dapat dianggap sebagai pergeseran geopolitik yang dapat memengaruhi diplomasi Indonesia. Pergeseran ini bisa membawa dampak tidak menguntungkan bagi hubungan multilateral yang telah lama terjalin, khusus Amerika Serikat dan sekutunya.
Ketidakpastian keuntungan ekonomi juga menjadi pertimbangan penting. Meskipun BRICS menawarkan potensi besar, perbedaan kepentingan dan tingkat pembangunan antaranggota bisa menyebabkan kesulitan dalam mencapai hasil yang maksimal.
Koordinasi dalam BRICS juga bukan hal yang mudah. Perbedaan budaya dan kebijakan antarnegara anggota bisa membuat proses kerja sama lebih kompleks. Indonesia perlu berinvestasi besar dalam diplomasi untuk memastikan posisinya tetap dihargai.
Secara keseluruhan, kata dia, meski terdapat berbagai keuntungan, tantangan yang ada juga perlu dipertimbangkan dengan hati-hati. Oleh karena itu, para pejabat terkait di Indonesia harus memahami benar dinamika ekonomi dan politik global pasca bergabung dengan BRICS, serta melakukan langkah-langkah strategis untuk kepentingan jangka panjang ekonomi dan politik Indonesia.