“Saya lihat dari yang diposting di sosial media yang seakan-akan PLN ini memfasilitasi masyarakat, itu tidak sesuai dengan kenyataan. Saya rasa banyak pungli di balik ini,” bebernya.
Pemasangan kWh dengan daya 1300 VA, bagi masyarakat kepulauan dianggap tidak sesuai dengan kondisi ekonomi masyarakat kepulauan, yang hal itu bisa dibilang sangat minim. Belum lagi harus tertekan dengan harga pemasangan yang semakin dibuat mahal dibandingkan harga normal, yaitu 1,2 juta untuk daya 1300 VA.
“Andaikan di sini itu boleh memakai yang 450 VA, atau yang 900 VA, mungkin itu bisa dikatakan sesuai. Soalnya kalau yang 1300 VA ini bisa habis 50 ribu untuk token dalam satu bulan,” terang MS.
Hingga saat ini, MS terus menelusuri akar di balik dugaan pungutan liar (pungli) yang menyebabkan mahalnya harga pemasangan kWh meter di Kepulauan Kangean ini. Selain itu, dirinya juga berharap pemerintah segera menyikapi masalah tersebut guna mensejahterakan masyarakat.
“Saya rasa, kita ini tidak disamakan dengan daerah lain di Indonesia, baik dari Sabang sampai Merauke. Soalnya ini tidak sesuai dengan kondisi di sini. Apalagi dengan harga yang sangat mahal ini, sampai 3,5 juta untuk 1300 VA. Menurut saya ini sangat tidak sesuai,” tandasnya.