Jakarta – Bank Indonesia (BI) melaporkan perkembangan indikator stabilitas nilai Rupiah sepanjang pekan pertama Februari 2025 di tengah dinamika ekonomi global dan domestik.
Pada akhir perdagangan Kamis, 6 Februari 2025, nilai tukar Rupiah ditutup di level Rp16.325 per dolar AS, mencerminkan stabilitas dalam menghadapi tekanan eksternal.
Yield Surat Berharga Negara (SBN) bertenor 10 tahun mengalami penurunan menjadi 6,8 persen, seiring dengan pelemahan indeks dolar AS (DXY) yang turun ke level 107,69.
Sementara itu, yield US Treasury (UST) Note 10 tahun juga mengalami penurunan ke level 4,434 persen, mencerminkan penyesuaian ekspektasi pasar terhadap kebijakan moneter global.
Pada pembukaan perdagangan Jumat, 7 Februari 2025, Rupiah sedikit menguat ke level Rp16.320 per dolar AS, sementara yield SBN 10 tahun mengalami kenaikan menjadi 6,92 persen.
Di pasar modal, arus investasi asing menunjukkan dinamika positif, dengan premi Credit Default Swap (CDS) Indonesia 5 tahun turun menjadi 74,98 bps per 6 Februari 2025.
Selama periode 3–6 Februari 2025, investor nonresiden mencatatkan beli neto Rp1,45 triliun, yang didorong oleh pembelian SBN sebesar Rp9,14 triliun meskipun terjadi aksi jual di pasar saham dan Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI).
Secara kumulatif, sepanjang tahun 2025 hingga 6 Februari, investor asing mencatatkan beli neto Rp10,73 triliun di SBN dan Rp10,44 triliun di SRBI, meskipun terjadi jual neto Rp2,85 triliun di pasar saham.
Bank Indonesia terus memperkuat koordinasi dengan pemerintah dan otoritas terkait guna menjaga stabilitas ekonomi serta mengoptimalkan strategi kebijakan untuk ketahanan eksternal Indonesia.