Jakarta – Bank Indonesia (BI) melaporkan perkembangan terkini indikator stabilitas nilai Rupiah, mencerminkan kondisi ekonomi global dan domestik. Data per 3 Januari 2025 menunjukkan tren yang menarik pada nilai tukar, aliran modal asing, serta instrumen investasi lainnya.
Pada Kamis, 2 Januari 2025, nilai tukar Rupiah terhadap dolar AS ditutup pada level Rp16.190 per dolar AS. Sementara itu, pada Jumat pagi, 3 Januari 2025, Rupiah dibuka sedikit melemah di level Rp16.200 per dolar AS. Pergerakan ini terjadi di tengah penguatan Indeks Dolar (DXY) ke level 109,39 serta penurunan yield UST (US Treasury) Note 10 tahun ke 4,559%.
Surat Berharga Negara (SBN) 10 tahun menunjukkan tren penurunan, dari 6,97% pada 2 Januari 2025 menjadi 6,95% di 3 Januari 2025. Penurunan ini mencerminkan daya tarik SBN yang tetap stabil di tengah dinamika pasar keuangan global.
Pada minggu pertama Januari 2025, premi Credit Default Swap (CDS) Indonesia 5 tahun mengalami kenaikan dari 75,51 bps (27 Desember 2024) menjadi 78,00 bps (2 Januari 2025). Kenaikan ini mengindikasikan sedikit peningkatan risiko kredit, meskipun aliran modal asing menunjukkan daya tarik pasar domestik.
Dalam periode 30 Desember 2024 hingga 2 Januari 2025, investor asing mencatatkan pembelian bersih (net buy) sebesar Rp1,08 triliun. Rinciannya, Rp0,32 triliun di pasar saham, Rp1,94 triliun di pasar SBN, dan penjualan bersih Rp1,17 triliun di Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI).
Selama tahun 2024, investor asing mencatatkan pembelian bersih sebesar Rp15,74 triliun di pasar saham, Rp34,59 triliun di pasar SBN, dan Rp161,99 triliun di SRBI. Data ini menunjukkan kepercayaan investor terhadap perekonomian Indonesia sepanjang tahun lalu.