Bangkalan – Di sebuah kota kecil di Pasuruan, Jawa Timur, hiduplah seorang pahlawan tak dikenal yang berjuang melawan penindasan kolonial Belanda. Namanya Sakera, atau dikenal juga dengan sebutan Sadiman atau Sagiman. Ia adalah seorang pejuang legenda yang memperjuangkan hak-hak buruh di perkebunan tebu dan pabrik gula di masa awal abad ke-19.
Sakera bukanlah nama yang asing di kalangan masyarakat Pasuruan dan Pulau Madura. Ia dikenal sebagai ahli bela diri yang berani melawan kezaliman yang dilakukan oleh pemerintahan Belanda. Pada zamannya, perkebunan tebu dan pabrik gula menjadi tempat di mana banyak orang Madura bekerja. Namun, kondisi mereka sangat memprihatinkan, karena sering kali mereka menjadi korban penindasan tanpa perlindungan yang memadai.
Sakera bukan hanya sekadar seorang pejuang, namun juga menjadi sosok yang disegani dan dihormati oleh masyarakat sekitar. Ia tidak hanya berjuang untuk hak-hak buruh, tetapi juga menjadi lambang persatuan antara budaya Jawa dan Madura. Meskipun mayoritas penduduk di Pasuruan adalah orang Jawa, namun Sakera mampu menyatukan beragam budaya dengan keberaniannya melawan penjajah.
Meskipun begitu, keberadaan Sakera dan jasanya tidak sepenuhnya diakui secara luas. Namanya masih asing bagi sebagian besar masyarakat di luar Jawa Timur dan Pulau Madura. Meski demikian, semangat perjuangannya dan ketegasannya dalam melawan penindasan kolonial Belanda patut diapresiasi oleh semua orang.