Ia juga mengingatkan pentingnya menjaga ketahanan maritim Indonesia, terutama terkait dengan potensi ancaman di perairan Natuna yang melibatkan China.
Dalam diskusi yang dimoderatori oleh Emil Radhiansyah, M.Si., Dosen Hubungan Internasional Universitas Indonesia, dibahas tentang pentingnya diplomasi maritim dalam menjaga kedaulatan dan sumber daya laut Indonesia.
Emil menekankan bahwa diplomasi maritim tidak hanya terbatas pada pengelolaan wilayah perairan, tetapi juga mencakup hubungan internasional yang lebih luas. “Diplomasi maritim menjadi instrumen penting dalam menjaga kedaulatan dan memperkuat hubungan internasional,” kata Emil.
Prof. Anak Agung Banyu Perwita, Ph.D., Guru Besar Ilmu Hubungan Internasional Universitas Pertahanan Republik Indonesia, mengingatkan bahwa diplomasi pertahanan maritim Indonesia harus dilihat dalam konteks kebijakan luar negeri dan pertahanan yang lebih luas.
“Negara akan sangat kuat jika mampu mengontrol maritimnya. Diplomasi pertahanan maritim adalah bagian dari strategi yang lebih besar,” tegas Prof. Banyu.
Dr. Rudy Sutanto, S.IP., MM., Sesprodi PA Fakultas Strategi Pertahanan Universitas Pertahanan Republik Indonesia, juga berbicara tentang berbagai bentuk diplomasi maritim.
“Naval diplomacy dan gunboat diplomacy merupakan bagian dari diplomasi maritim, dengan pendekatan yang semakin halus dan luas. Diplomasi maritim kini mencakup seluruh spektrum kegiatan pertahanan, tidak hanya terbatas pada angkatan laut,” ujarnya.
Acara seminar ini diakhiri dengan diskusi yang memperdalam pemahaman terhadap konsep diplomasi pertahanan maritim yang ditawarkan dalam buku Dr. Peni Hanggarini.