Karena definisi orang pintar demikian, ajak Wahyudi, mari stop kampanye tak elok tentang orang pintar dalam Pilpres 2024. Hal ini karena apabila itu dikampanyekan terus-menerus—menurut teori propoganda—akan membentuk kesadaran masyarakat bahwa menjadi orang pintar itu tak penting.
Dengan demikian, sebaliknya menjadi orang bodoh tidak apa-apa asal bisa kerja. Jika itu yang terjadi, maka untuk apa berpendidikan formal di sekolah dan perguruan tinggi. Toh, yang penting bisa bekerja dengan baik dan benar di masyarakat. Sikap seperti itu, kata Wahyudi, adalah sikap yang salah, karena tidak mungkin orang bodoh bisa bekerja dengan baik dan benar, apalagi menjadi pemimpin politik, tanpa arahan orang pintar.
Oleh karena itu, tanpa bermaksud menyudutkan Capres-Cawapres manapun dalam Pilpres 2024, Wahyudi mengajak semua kalangan,” Stop kampanye bermuatan negatif tentang orang pintar dalam Pilpres 2024. Karena orang pintar adalah orang yang memiliki pengetahuan dan melaksanakan ilmunya. Sedangkan, orang berpendidikan yang tidak melaksanakan ilmunya adalah intelektual tradisional, alias intelektual tukang!” Kamis (21/12/2023).