Dari sisi pendidikan, kelompok lulusan SMP mencatat TPT tertinggi, yaitu 11,56 persen, disusul oleh lulusan SMK dengan 10,97 persen. Hal ini menunjukkan adanya ketidaksesuaian antara kompetensi pendidikan menengah dengan kebutuhan pasar kerja.
Menariknya, TPT lulusan SMA, SMK, dan perguruan tinggi justru mengalami penurunan dibandingkan tahun sebelumnya. Ini bisa diartikan sebagai adanya perbaikan dalam kualitas lulusan atau penyerapan tenaga kerja yang lebih baik di sektor-sektor tertentu.
Namun, peningkatan TPT justru terjadi pada kelompok pendidikan dasar, yakni lulusan SD ke bawah dan SMP. Keterbatasan keterampilan dan rendahnya daya saing diyakini menjadi penyebab utama lonjakan ini.
BPS Bangkalan mencatat bahwa pada Agustus 2024, dari 100 orang lulusan SD ke bawah, terdapat sekitar 2 hingga 3 orang yang menganggur. Sementara itu, dari 100 lulusan SMP, sekitar 11 hingga 12 orang belum terserap dalam pasar kerja.
Situasi ini menegaskan pentingnya perhatian pemerintah daerah terhadap sektor pendidikan dan pelatihan vokasional. Strategi peningkatan kualitas tenaga kerja perlu difokuskan pada kelompok pendidikan menengah ke bawah yang paling rentan terhadap pengangguran.
