Surabaya, lanjut Muhdlor, adalah tempat berdirinya NU pada 16 Rajab 1344 atau 31 Januari 1926 di Surabaya.
Di Surabaya pula, pada 22 Oktober 1945, terjadi peristiwa bersejarah kala “Resolusi Jihad” dicetuskan K.H. Hasyim Asy’ari di Surabaya, yang kemudian membakar semangat perlawanan rakyat dalam melawan penjajah.
Adapun Gresik merupakan salah satu daerah terpenting dalam penyebaran Islam ahlussunnah wal jamaah. “Di Gresik begitu banyak wali dan aulia, menebarkan Islam yang rahmatan lil alamin, yang terus dipegang teguh oleh Nahdlatul Ulama,” ujar alumnus Pesantren Ar-Risalah Lirboyo Kediri tersebut.
Dia mengatakan, kolaborasi ketiga daerah tersebut diwujudkan dalam berbagai hal. Di antaranya adalah saling dukung untuk penyiapan kekuatan SDM maupun fasilitas pendukung guna menyukseskan Satu Abad NU, seperti pengerahan relawan Tagana hingga tenaga kesehatan.
“Nanti akan saling support dengan berbagai elemen panitia lainnya. Pokoknya kita dukung penuh, ada dapur umum, bantuan logistik, pos kesehatan, pengamanan, dan sebagainya,” ujar Muhdlor.
Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi menegaskan dukungannya untuk Resepsi Puncak Satu Abad NU di Sidoarjo. Sedikitnya 12.500 warga Surabaya terkoordinasi berangkat ke Sidoarjo.
“Pemkot Surabaya menyiapkan pengawalan dan beragam dukungan lain yang dibutuhkan,” ujar Eri.
Bupati Gresik Fandi Akhmad Yani menambahkan, dukungan dari Kepala Daerah di Surabaya Raya adalah bukti kecintaan kepada NU dan kepada Indonesia.
“Kami dari Gresik, selain tentu akan sangat banyak warga Gresik yang datang ke Sidoarjo, juga akan mendukung dari berbagai aspek, seperti transportasi, kesehatan, dan relawan untuk membantu para jamaah yang hadir pada 7 Februari nanti,” ujarnya.