Lao Tzu adalah sosok yang legendaris dan penuh misteri, menghiasi lorong-lorong sejarah dengan filosofi Taoisme yang memikat. Meski riwayat hidupnya terselubung dalam kabut keraguan, kehadirannya merasuk dalam lembaran-lembaran kuno dari catatan historis Tiongkok, khususnya dalam Shiji.
Dilahirkan dengan nama Lier di Provinsi Ku, yang kini dikenal sebagai Provinsi Henan, Cina, pada masa keemasan Dinasti Zhou, Lao Tzu (570-470 SM) memancarkan cahaya kearifan dari kedalaman wawasannya. Sebagai pemimpin perpustakaan Chuguo, Lao Tzu tidak hanya mengelola harta karun kata-kata, tetapi juga menembus batas-batas dunia dengan kebijaksanaannya yang luas.
Ketenaran Lao Tzu melintasi zaman, bahkan mencapai telinga Kong Hu Cu, seorang pencari kebijaksanaan. Dalam cerita yang diabadikan dalam catatan Zhuangzi, Kong Hu Cu menempuh perjalanan spiritual untuk bertemu dengan Lao Tzu, sang Guru Besar Taoisme, guna meraih pencerahan akan keadilan dan kesopanan.
Lukisan-lukisan kuno menggambarkan momen epik ini, menciptakan panorama spiritual yang mengangkat jiwa. Dari catatan tersebut, terungkap bahwa perbedaan usia antara Kong Hu Cu dan Lao Tzu sekitar dua dekade, menandakan kedalaman dan kedewasaan yang dimiliki oleh sang guru.
Namun, kebesaran Lao Tzu bukan semata dalam pertemuan-pertemuan manusiawi. Saat Dinasti Zhou merosot ke jurang kegelapan, Lao Tzu mengambil keputusan monumental untuk meninggalkan dunia yang telah dikenalnya. Di tengah-tengah debu perpisahan, Guan Yixi memohon padanya untuk meninggalkan jejak kebijaksanaan dalam bentuk tulisan.