Dalam dinamika globalisasi dan persaingan internasional, kualitas sumber daya manusia (SDM) menjadi modal utama yang menentukan arah kemajuan sebuah bangsa. Nanda Wirya Laksana, Pimpinan Bukit Damai Group menegaskan dengan lantang bahwa peningkatan kualitas SDM harus menjadi prioritas utama pemerintah.
Kritik ini tidak hanya sebagai sindiran, tetapi sebagai seruan nyata bagi Indonesia untuk keluar dari kebiasaan mengandalkan kekayaan alam (SDA) yang selama ini menjadi tumpuan ekonomi.
Di tengah perdebatan mengenai strategi pembangunan, kritik terhadap ketergantungan pada penjualan barang mentah semakin mengena. Negara-negara maju, terutama di Barat, telah menunjukkan bahwa nilai tambah yang tinggi berasal dari inovasi dan teknologi, bukan hanya sekedar mengolah SDA.
Sebuah produk kecil saja bisa membawa pendapatan jutaan dollar bagi negara-negara tersebut. Di sisi lain, Indonesia harus menjual dalam jumlah ton demi mendapatkan nilai yang setara. Paradigma ekonomi yang masih mengutamakan kuantitas barang mentah menunjukkan bahwa masih banyak potensi SDM kita yang belum digali dan dikembangkan secara optimal.
Korupsi, yang telah lama merongrong sistem pemerintahan, juga memiliki akar yang sama: rendahnya kualitas SDM. Ketika integritas dan semangat kerja luluh lantak oleh budaya korupsi, negara akan kesulitan berinovasi dan bersaing di pasar global. Kualitas SDM yang buruk bukan hanya berdampak pada etika dan moral, tetapi juga pada produktivitas serta daya saing nasional.
Ini adalah masalah mendasar yang harus segera diatasi. Tanpa reformasi menyeluruh dalam pendidikan dan pelatihan, usaha pemberantasan korupsi akan terus tersandung oleh kelemahan struktural di sektor SDM.