Karyanya merangkum pemikiran ini, seperti “Poverty and Famines: An Essay on Entitlement and Deprivation” (1981), “Development as Freedom” (1999), dan “The Idea of Justice” (2009), telah menjadi pencerahan bagi banyak pemikir dan pembuat kebijakan di seluruh dunia.
Pada tahun 1998, Amartya Sen dianugerahi Penghargaan Nobel dalam Ilmu Ekonomi untuk kontribusinya dalam ekonomi kesejahteraan. Namun, karyanya tidak hanya diakui dalam dunia akademis, tetapi juga diakui secara luas oleh masyarakat internasional.
Ia telah menerima berbagai penghargaan dan gelar kehormatan dari berbagai negara dan lembaga, yang mencerminkan pengakuan atas kontribusinya yang luar biasa dalam memajukan pemikiran manusia di dunia.
Pandemi COVID-19 telah mengungkapkan ketidaksetaraan yang dalam dalam masyarakat global. Dalam menghadapi tantangan ini, pandangan Amartya Sen tentang pembangunan sebagai kebebasan menjadi semakin relevan. Ia menegaskan bahwa krisis kesehatan seperti ini tidak hanya tentang angka statistik, tetapi juga tentang hak asasi manusia untuk hidup dengan martabat dan kebebasan.
Amartya Sen tidak hanya meninggalkan warisan intelektual yang kuat, tetapi juga inspirasi bagi generasi mendatang untuk terus berjuang dalam memperjuangkan keadilan sosial dan pembangunan manusia yang berkelanjutan. Dengan pesan-pesannya yang menggema dalam pikiran kita, ia mendorong kita untuk melampaui batas-batas konvensional dan memimpikan dunia yang lebih adil dan berempati.
Di tanah kelahirannya, India, Amartya Sen telah menjadi suara kritis dalam mengingatkan pemerintah dan masyarakat akan tantangan-tantangan yang dihadapi, terutama terkait dengan ketidaksetaraan sosial, kemiskinan, dan kurangnya akses terhadap layanan dasar seperti pendidikan dan kesehatan.