Bangkalan – Madura, sebuah pulau yang kaya akan budaya dan sejarah, menyimpan sebuah fenomena sosial-budaya yang tak lekang oleh waktu: yakni kaum atau kelompok Blater. Masyarakat Madura telah lama mengenal kelompok ini sebagai pilar penting dalam orientasi kepemimpinan dan kehidupan sosialnya. Namun, untuk memahami kedalaman peran dan arti keberadaan kelompok ini, kita perlu merenung lebih dalam ke dalam sejarah kemunculannya.
Sejarah panjang yang melatarbelakangi kemunculan Blater di Pulau Madura membawa kita kembali ke zaman dahulu, di mana keberanian dan kekebalan diri menjadi penentu di antara masyarakat yang keras dan penuh tantangan.
Dalam konteks ini, Blater (baca: kaum atau kelompok Blater, red.) di Madura muncul sebagai simbol keberanian dan kelebihan ilmu kanuragan, yang membuatnya dihormati dan disegani oleh masyarakat sekitar di Madura, Provinsi Jawa Timur.
Terlepas dari keberadaannya yang kuat di Pulau Madura, Blater juga dikenal di berbagai daerah di Indonesia, meskipun dengan konteks sosio-historis yang berbeda. Istilah “Blater” sendiri telah mencerminkan sebuah nama kelompok jawara atau jagoan, yang meskipun dapat berubah sesuai dengan lokasinya, namun secara esensial tetap mengandung makna yang sama.
Kehadiran Blater di Madura tidak hanya sekadar simbol, namun juga memiliki pengaruh yang cukup besar dalam kehidupan sosial masyarakat. Mereka menjadi kelompok yang dimanfaatkan untuk berbagai kepentingan, terutama dalam ranah politik dan kekuasaan.
Hubungan antara kiai dan kelompok Blater seringkali bersifat simbiosis, di mana keduanya saling membutuhkan meskipun memiliki fungsi dan peran sosial yang terkadang bertentangan.