Kelima, Himba dari Namibia. Seperti banyak budaya tradisional lainnya, Himba adalah masyarakat penggembala ternak. Di suku ini para wanita membawa air ke desa, memperbaiki rumah yang terbuat dari kotoran sapi dan tanah merah, mengumpulkan kayu bakar, memasak dan menyajikan makanan, dan membuat perhiasan, pakaian, dan kerajinan tangan.
Para pria menggembalakan ternak (yang terkadang membuat mereka meninggalkan rumahnya selama berminggu-minggu), membangun rumah, dan membentuk dewan. Karena mereka hidup di lingkungan yang keras dan terisolasi, mereka mempertahankan cara tradisional, termasuk pakaiannya.
Mereka kadang-kadang pergi ke daerah perkotaan untuk mengakses kebutuhan kesehatan dan makanan. Warisan di komunitas ini ditetapkan secara “bilateral, bukan tunggal laki-laki atau perempuan. Perempuan itu pindah ke desa laki-laki, tetapi laki-laki mewarisi ternak dari saudara laki-laki ibunya.
Keenam, Dukha Rusia dan Mongolia. Komunitas Dukha tinggal di sekitar rusa kutub yang sudah dijinakkan membuat hidupnya unik. Hewan ini diperlakukan seperti anggota keluarga dan dihormati.
Komunitas ini masih nomaden dan pindah ke tempat-tempat penggembalaan rusa yang terbaik. Mereka tinggal di yurt dan tidur di atas kulit di tanah, bukan di tempat tidur. Dalam hal konsumsi, komunitas ini memeras susu rusa kutub, membuat keju, dan yogurt dari susu tersebut.
Ketujuh, Samburu dari Umoja, Kenya. Suku Samburu secara tradisional tinggal di Kenya, yang merupakan komunitas tanpa laki-laki. Perempuan Samburu sering menjadi subyek mutilasi alat kelamin, pemerkosaan, dan kekerasan dalam rumah tangga.