Selain itu, Slamet mengungkapkan bahwa terakhir kali BPR Bangkalan menerima penyertaan modal dari pemerintah daerah adalah pada tahun 2022 dengan jumlah Rp250 juta. “Terakhir kami menerima penyertaan modal dari pemerintah itu tahun 2022 mas, itupun hanya diberikan Rp250 juta,” tuturnya.
Dalam laporan keuangan, BPR Bangkalan mencatat laba sebesar Rp333.923.382 pada tahun 2023 dari laba tahun sebelumnya. Sementara itu, laba pada tahun 2024 meningkat menjadi Rp338.594.053 dibandingkan laba tahun 2023.
Meski laba yang diperoleh terus meningkat, Slamet menegaskan bahwa pihaknya tetap berkomitmen untuk terus memberikan kontribusi terhadap PAD Bangkalan. “Karena program kita itu menerima tabungan dan memberikan kredit bagi masyarakat. Nah, program itulah yang kita kelola untuk menyetor pada PAD setiap tahunnya,” katanya.
Menurutnya, sesuai peraturan yang berlaku, penyertaan modal bagi BUMD seharusnya diberikan setiap lima tahun sekali. Namun, Perumda BPR Bangkalan justru mendapatkan penyertaan modal setiap tahunnya dalam jumlah yang relatif kecil.
“Kalau di kami beda mas. Biasanya penyertaan modal itu setiap 5 tahun, kami setiap tahun diberikan modal Rp250 juta rata-rata,” pungkasnya. Hal ini menunjukkan bahwa meskipun ada dukungan modal setiap tahun, jumlah yang diterima masih jauh dari kebutuhan ideal yang diatur dalam peraturan daerah.
Dengan tantangan penyertaan modal yang tidak maksimal, BPR Bangkalan tetap berusaha menjalankan tugasnya dalam mendukung perekonomian lokal. Program kredit yang dijalankan terus dikembangkan untuk membantu usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) di Bangkalan.