Alumni dalam pandangan penulis adalah panah, dengan busurnya para masyaikh. Artinya, kita dididik untuk meluncur keluar dari busur menuju titik pengabdian. Pengabdian dan dakwah yang diwariskan kepada alumni adalah kewajiban yang harus dipenuhi.
Sebagai anggota IMANC yang melanjutkan studi di perguruan tinggi, kita mewarisi ilmu dan memiliki tanggung jawab moral yang lebih besar daripada mereka yang bukan alumni IMANC. Hal ini didasari oleh pengetahuan, keterampilan, dan pengalaman yang kita dapatkan selama kuliah. Jangan pernah anggap IMANC sebagai beban, justru sebaliknya, IMANC adalah forum keistimewaan. Namun, keistimewaan ini hanya bisa tercapai jika IMANC dapat berlayar dengan kokoh menghadapi berbagai tantangan.
Selama satu periode kepengurusan ini, kita dapat melihat jelas betapa stagnannya organisasi ini. Faktor penyebabnya bisa saja berasal dari sumber daya manusia (SDM), misalnya ketua dan jajaran pengurus, atau jarak yang jauh antar pengurus yang menyebabkan kelambanan dalam bergerak. Mari kita nilai bersama dan melakukan introspeksi. Namun apapun penyebabnya, tanggung jawab untuk merekonstruksi kemajuan IMANC adalah kewajiban bersama, karena disitulah cermin ketaatan kita kepada para masyaikh Nurul Cholil.
Dua pokok keilmuan IMANC, yaitu agama dan ilmu umum, memberikan titik istimewa bagi IMANC untuk memajukan dan mengharumkan nama Pondok Pesantren Nurul Cholil. Kemampuan anggota IMANC dalam berbagai disiplin ilmu adalah kunci pengabdian kepada pondok pesantren. Oleh karena itu, sangat naif jika kita mengklaim sebagai yang paling taat kepada masyaikh, namun IMANC tetap diam dan tidak berkembang.