Jakarta – Pemulihan ekonomi yang kuat serta pendapatan dan ledakan komoditas diperkirakan oleh pemerintah akan menjadi faktor pendorong defisit anggaran di APBN (Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara) TA (Tahun Anggaran) 2021 menurun, Jumat (17/12/2021).
Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati di laman berita terbaru website Kemenkeu (Kementerian Keuangan) memperkirakan bahwa defisit anggaran APBN TA 2021 turun dari target yang ditetapkan pemerintah, Kamis (16/12/2021).
Pemerintah yang sebelumnya mentargetkan defisit APBN TA 2021 sebesar 5,7 persen dari PDB (Produk Domestik Regional Bruto) diperkirakan turun sebesar 0,3 hingga 0,6 poin atau 5,26-10,58 persen.
Sri Mulyani memperkirakan defisit anggaran APBN TA 2021 berada di kisaran 5,1 hingga 5,4 persen dari PDB, menurun dari target sebelumnya sebesar 5,7 persen dari PDB.
Dalam the e-launch of the World Bank Indonesia Economic Prospects Report, Kamis 16 Desember 2021, yang dikutip dari laman berita Kemenkeu, secara daring Menkeu mengatakan, Tahun ini, anggaran dirancang degan defisit 6,7 persen. Tetapi karena pemulihan yang kuat serta dari pendapatan dan ledakan komoditas, kami memperkirakan defisit akan antara 5,1 hingga 5,4 persen, jauh lebih rendah dari yang kami rancang sebelumnya.
Maju ke depan di TA 2022, Menkeu mengatakan bahwa di ABN TA 2022 pemerintah merancang defisit anggaran APBN TA 2020 pada level 4,8 persen dari PDB. Meski demikian, angka ini menurut Menkeu belum mempertimbangkan UU HPP (UU Harmonisasi Peraturan Perpajakan).