Indikator Stabilitas Rupiah di Awal Maret 2022

Uang kertas rupiah: satuan Rp100.000-1.000 (Sumber: Wikipedia, 2022).

Jakarta – Mencermati kondisi perekonomian Indonesia khususnya sebagai dampak penyebaran COVID-19, Bank Indonesia (BI) menyampaikan perkembangan indikator stabilitas nilai Rupiah secara periodik Senin (2/7/3/2022)

Dilansir dari laman BI, indikator dimaksud BI tersebut adalah nilai tukar dan inflasi, sebagai berikut: (1) perkembangan nilai tukar 28 Februari-4 Maret 2022, (2) inflasi berada pada level yang rendah dan terkendali.

Perkembangan nilai tukar 28 Februari-4 Maret 2022, pada Kamis, 3 Maret 2022, Rupiah ditutup melemah pada level (bid) Rp14.385 per dolar AS.

Yield SBN (Surat Berharga Negara) 10 tahun naik ke level 6,53 persen, DXY (indeks dolar) menguat ke level 97,79, dan Yield UST (US Treasury) Note 10 tahun naik ke level 1,841 persen.

Pada Jumat, 4 Maret 2022, Rupiah dibuka pada level (bid) Rp14.370 per dolar AS dan Yield SBN 10 tahun naik pada level 6,57 persen.

Aliran Modal Asing (Minggu I Maret 2022): premi CDS Indonesia 5 tahun naik ke level 110,71 bps per 3 Maret 2022 dari 104,31 bps per 25 Februari 2022, sejalan dengan risk off di pasar keuangan global.

Berdasarkan data transaksi 1-2 Maret 2022, non-residen di pasar keuangan domestik jual neto Rp6,13 triliun terdiri dari jual neto di pasar SBN sebesar Rp8,30 triliun dan beli neto di pasar saham sebesar Rp2,17 triliun.

Berdasarkan data setelmen sampai dengan 2 Maret 2022 (ytd), non-residen jual neto Rp1,60 triliun di pasar SBN dan beli neto Rp23,20 triliun di pasar saham.

Inflasi berada pada level yang rendah dan terkendali. Berdasarkan Survei Pemantauan Harga pada minggu I Maret 2022, perkembangan harga pada Minggu I Maret 2022 tetap terkendali dan diperkirakan inflasi 0,32 persen (mtm).

Tinggalkan Balasan

error:

Eksplorasi konten lain dari Madurapers

Langganan sekarang agar bisa terus membaca dan mendapatkan akses ke semua arsip.

Lanjutkan membaca