Jakarta – Inflasi Jakarta cukup dinamis sepanjang tahun 2024, dengan pergerakan Indeks Harga Konsumen (IHK) yang mencerminkan kondisi ekonomi ibu kota. Pada Januari 2024, menurut data BPS Jakarta, inflasi year on year (y-on-y) di DKI Jakarta mencapai 1,83 persen dengan IHK sebesar 103,95, mengindikasikan awal tahun yang relatif stabil di tengah tantangan ekonomi global.
Memasuki Februari 2024, angka inflasi mengalami kenaikan menjadi 2,12 persen dengan IHK 104,42, mencerminkan meningkatnya permintaan barang dan jasa menjelang Ramadan yang sering kali memicu pergerakan harga. Kenaikan inflasi ini memperlihatkan bagaimana faktor musiman memberikan dorongan signifikan terhadap dinamika harga di Jakarta.
Maret 2024 mencatat inflasi y-on-y sebesar 2,18 persen dengan IHK sebesar 104,81, yang merupakan angka tertinggi dalam tiga bulan pertama tahun tersebut. Kenaikan ini mempertegas peran konsumsi masyarakat yang tinggi menjelang Lebaran sebagai pendorong utama inflasi di ibu kota, seiring lonjakan harga kebutuhan pokok dan transportasi.
Namun, memasuki April 2024, inflasi mulai melandai ke angka 2,11 persen dengan IHK 105,08, menunjukkan meredanya tekanan harga pasca-Lebaran. Perbaikan distribusi barang dan ketersediaan pasokan menjadi faktor penting yang mendorong penurunan inflasi, memperlihatkan efisiensi dalam pengendalian harga di Jakarta.
Pada Mei 2024, inflasi menurun tipis menjadi 2,08 persen dengan IHK 104,97, menandakan stabilisasi harga seiring normalisasi aktivitas ekonomi setelah periode Ramadan dan Lebaran. Stabilitas ini mencerminkan efektivitas kebijakan pengendalian harga dan distribusi bahan pokok yang dijalankan oleh pemerintah daerah.