Kehidupan Masyarakat Islam di Krimea

Para pembicara saat diskusi berlangsung (Foto: Arief Tito)

Jakarta – Hak asasi masyarakat Krimea sangat bergantung kondisi tempat mereka tinggal, dimana tidak akan pernah tercapai kebebasan selama masih ada dalam penjajahan di tanah Krimea. Demikian disampaikan Maria Tomak dalam diskusi dan bedah buku “Islam in Crimea” yang berlangsung pada Senin (18/3/2024)

Acara yang diselenggarakan secara hibrid dan dimoderatori oleh Emil Radhiansyah ini merupakan kerjasama Universitas Paramadina, PIEC, DKM Paramadina, Forum Alumni Australia – Indonesia Muslim Exchange Program, dan Rumah Produktif .

Masih menurut Maria Tomak (Head of the Crimea Platform Department within the Mission of the President of Ukraine in the Autonomous Republic of Crimea) menyatakan bahwa kehadiran buku “Islam in Crimea” ini menjadi penting.

“Buku ini mampu menunjukkan wajah Krimea yang sesungguhnya, yang bukan Rusia, dan tidak pernah menjadi Rusia. Kita menginginkan perdamaian, tetapi tidak berarti kita akan menyerah untuk menerima pemerintahan diktator dari Rusia. Krimea harus dikembalikan ke negara Ukraina” imbuh Maria.

Duta Besar Ukraina, Vasyl Hamianin yang turut hadir dalam diskusi menyatakan terimakasih kepada penulis buku dan apresiasi setinggi-tingginya atas penerbitan buku ini. “Buku ini bisa memberikan gambaran kehidupan muslim di Krimea yang membutuhkan dukungan dari masyarakat Indonesia.”

Menurut Yanuardi Syukur penulis buku buku ini berisikan mengenai perjuangan masyarakat Krimea. “Buku ini menggambarkan sejarah perjuangan etnik Tatar Krimea dan nanti akan ada buku kedua yang membahas mengenai revolution of dignity dan lain sebagainya.”

Eksplorasi konten lain dari Madurapers

Langganan sekarang agar bisa terus membaca dan mendapatkan akses ke semua arsip.

Lanjutkan membaca