Surabaya – Data terbaru Badan Pusat Statistik (BPS) Jawa Timur (Jatim) pada September 2024, tingkat ketimpangan pengeluaran penduduk yang diukur dengan Gini Ratio mengalami peningkatan kecil dari 0,372 pada Maret 2024 menjadi 0,373, menunjukkan dinamika ekonomi yang terus berkembang di provinsi ini.
Ketimpangan di daerah perkotaan (urban) menunjukkan tren serupa dengan Gini Ratio yang meningkat tipis dari 0,387 pada Maret 2024 menjadi 0,388 pada September 2024, menandakan adanya ketimpangan pengeluaran yang sedikit lebih besar di wilayah urban dibandingkan sebelumnya.
Sementara itu, di daerah perdesaan (rural), peningkatan Gini Ratio lebih signifikan, dari 0,325 menjadi 0,332 dalam periode yang sama, memberikan gambaran bahwa meskipun ketimpangan tetap rendah, tekanan ekonomi juga dirasakan oleh masyarakat pedesaan.
Dari perspektif distribusi pengeluaran berdasarkan ukuran Bank Dunia, kelompok 40 persen terbawah masyarakat di Jatim menyumbang 18,94 persen dari total pengeluaran pada September 2024, yang secara keseluruhan masih masuk dalam kategori ketimpangan rendah.
Distribusi pengeluaran di perkotaan tercatat sebesar 18,41 persen, yang juga masuk kategori ketimpangan rendah, meskipun lebih rendah dibandingkan dengan rata-rata provinsi, menggarisbawahi kesenjangan yang tetap nyata di area urban.
Sebaliknya, distribusi pengeluaran di perdesaan lebih baik dengan angka 20,63 persen, menunjukkan bahwa meskipun peningkatan ketimpangan terjadi, wilayah pedesaan tetap sedikit lebih adil dibandingkan dengan perkotaan.
Secara umum, angka-angka ini mencerminkan dinamika ekonomi yang berbeda antara wilayah perkotaan dan pedesaan di Jatim, meski keduanya masih masuk dalam tingkat ketimpangan rendah berdasarkan kategori Bank Dunia.