Opini  

Korupsi, Perpecahan, dan Keruntuhan Kerajaan Bangkalan

Syamsul Hadi, Pengurus Cabang PMII Bangkalan (Dok. Madurapers, 2022)

Selain stok putra mahkota yang kian habis, tidak menutup kemungkinan bahwa akan muncul kekuatan baru yang mampu bersaing dan mengalahkan kekuatan lama.

Flashback pada masa sejarah kerajaan Majapahit, pasca meninggalnya Raja Hayam Wuruk (1389 M) terjadi perseteruan internal antara Wikramawardana (menantu Hayam Wuruk) dan Wirabumi (Putra Hayam Wuruk dari selir).

Bak kata pepatah memancing di air yang keruh, beberapa kelompok mencoba saling manggalang kekuatan demi merebut posisi strategis di dalam kerajaan yang menambah rumit kondisi kerajaan. Pada akhirnya, kondisi ini menyulut permusuhan dalam keluarga Hayam Wuruk hingga terpecah menjadi dua; Kedaton Wetan dan Kedaton Kulon.

Semakin hari situasi semakin tegang sehingga pada akhirnya memicu terjadinya perang Paregre (Perang Saudara) pada 1401-1406. Semenjak itu, Majapahit semakin melemah, pejabat tidak peduli akan nasib masyarakat dan negerinya. Mereka melakukan Korupsi dimana-mana sampai pada titik akhir kerajaan Majapahit runtuh.

Sedangkal pemikiran penulis, pasca wafatnya Ra Fuad Amin pada 2019 lalu, kondisi pemerintah Bangkalan yang diampu adiknya, Ra Latif Amin Imron mengalami perpecahan di internah pemerintah.

Mantan loyalis Ra Fuad yang dulunya setia dan tunduk penuh kepada Ra Fuad mulai berani unjuk gigi dan memanuver Ra Latif dengan berbagai macam cara untuk dapat menempati posisi setrategis di pemerintahan, atau sudah berkedudukan mapan hanya saja mereka rakus dan mengumpulkan pundi-pundi sebanyak-banyaknya sehingga lupa pada kondisi masyarakat, pembangunan dan kesejahteraan Bangkalan.

Tinggalkan Balasan

Eksplorasi konten lain dari Madurapers

Langganan sekarang agar bisa terus membaca dan mendapatkan akses ke semua arsip.

Lanjutkan membaca