Bangkalan – Lebaran Ketupat merupakan tradisi khas Indonesia yang dirayakan seminggu setelah Idulfitri. Perayaan ini menjadi momen bagi masyarakat untuk mempererat silaturahmi dan menikmati hidangan bersama keluarga serta tetangga.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), Lebaran adalah hari raya umat Islam yang jatuh pada 1 Syawal setelah menjalankan ibadah puasa Ramadan. Selain itu, istilah Lebaran juga digunakan untuk merujuk pada Iduladha yang berlangsung pada 10–13 Zulhijah.
Ketupat dalam KBBI diartikan sebagai makanan yang terbuat dari beras dan dimasukkan ke dalam anyaman daun kelapa berbentuk segi empat. Ketupat direbus hingga matang dan sering menjadi bagian dari tradisi kuliner di Indonesia.
Kata “ketupat” atau “kupat”, mengutip NU Online, berasal dari kata bahasa Jawa “ngaku lepat” yang berarti “mengakui kesalahan”. Dengan ketupat, sesama muslim diharapkan untuk saling mengakui kesalahan, memaafkan, dan melupakan kesalahan tersebut melalui cara memakan ketupat.
Jadi, Lebaran Ketupat adalah perayaan yang dilakukan setelah Idulfitri sebagai ungkapan syukur dan saling memaafkan antar sesama umat Islam. Ketupat, yang terbuat dari beras dalam anyaman daun kelapa, menjadi simbol dari pengakuan kesalahan dan perdamaian antar individu.
Tradisi ini, mengutip NU Online, dipercaya masyarakat Jawa awalnya diperkenalkan oleh Sunan Kalijaga. Lebaran ini sebagai bentuk penyempurnaan ibadah puasa Ramadan.
Sesuai sunah nabi mengajarkan puasa sunah enam hari di bulan Syawal, yang kemudian oleh umat Islam di Indonesia disempurnakan dengan perayaan Lebaran Ketupat.
Seiring waktu, tradisi ini menyebar ke berbagai daerah di Indonesia, terutama di luar Pulau Jawa. Murid-murid Wali Songo membawa kebiasaan ini ke wilayah seperti Kalimantan, Sulawesi, Lombok, dan Maluku, yang kemudian berkembang sesuai budaya setempat.