Opini  

Potret Perilaku Berbahasa Orang Madura

PENASEHAT LSPD
Mohammad Fauzi, Dewan Penasehat Lembaga studi Perubahan dan Demokrasi (LsPD).

Komunikasi orang Madura dengan mitra tutur etnis Jawa menggunakan Bahasa Jawa, umumnya Bahasa Jawa ragam ngoko. Komunikasi dengan mitra tutur etnis non etnis Madura dan Jawa menggunakan Bahasa Indonesia.

Di Pulau Madura kontemporer/terkini, perilaku berbahasa generasi muda Madura di tingkat/wilayah publik ada kecenderungan menggunakan Bahasa Indonesia dan bahasa campuran (Bahasa Madura, Indonesia, dan Jawa). Bahasa Madura, baik tingkat tutur enjâ’-iyâ, èngghi-enten, maupun èngghi-bhunten, umumnya hanya digunakan di internal keluarga dan publik ketika berkomunikasi dengan bapak, ibu, kerabat dekat, orang yang lebih muda/sejajar/tua/terhormat asli etnis Madura.

Bahasa Indonesia dan campuran digunakan ketika berada di lembaga formal, berceramah dan berdiskusi, dan berkomunikasi dengan pejabat/pegawai pemerintah/swasta, guru/dosen dan teman di sekolah/perguruan tinggi, teman di luar sekolah/perguruan tinggi, dan orang non etnis Madura.

Dengan demikian, perilaku berbahasa orang Madura cenderung memilih kode bahasa yang digunakan mitra tuturnya. Artinya, bahasa tutur yang digunakan orang Madura cenderung menyesuaikan dengan penggunaan kode bahasa mitra tuturnya.

Dalam konteks vitalitas (kemampuan bertahan hidup) bahasa, perilaku berbahasa demikian berpotensi menggerus vitalitas Bahasa Madura. Namun, menurut hasil penelitian Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (2019) status penggunaan Bahasa Madura masih aman dari ancaman kepunahan karena masih dipakai di rumah oleh semua orang Madura di seluruh provinsi di Indonesia.

Berbeda dengan hasil penelitian Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (2019) di era terkini menurut Bambang Wibisono dan Akhmad Sofyan (2008) penutur Bahasa Madura potensial terancam tergerus. Hal ini karena kurang pedulinya generasi muda terhadap bahasanya. Ketidakpedulian itu bukan karena generasi muda tidak mau berbahasa Madura tetapi karena disebabkan oleh berbagai faktor.

Respon (3)

  1. Sumbang Solusi. Salah satu solusinya, antara lain : (1) Lembaga pendidikan negeri maupun swasta mulai dari SD, SLTP hingga SLTA mewajibkan ada kurikulum Bahasa Madura, bisa sebagai Mulok atau pelajaan wajib (2) Perguruan Tinggi negeri/swasta di Madura mewadahi pendalaman bahasa Madura yang halus, jika dimungkinkan ada prodi khusus Bahasa Madura, (3) Ada political will pemerintah di 4 kabupaten di Madura untuk membentuk “Lembaga Pelestari Bhasa Madura” (LPBM) lengkap dengan gedung, anggaran, SDM dan arena sanggar Bhasa Madura, (4) Perlu ada NGO/LSM yang concern mengkaji, mengembangkan dan menjadi marketing Bhasa Madura, (5) Ke-4 Pemkab di Madura membuat wadah eksperimentasi dan aktualisasi Bhasa Madura di tingkat lokal hingga regional, baik melalui Lomba Karya Tulis Bhasa Madura, Lomba Pentas Seni Bhasa Madura, Lomba Parikan Bhasa Madura, Lomba Lakon Madura, dll. (6) Perlu memasyarakatkan literasi Bhasa Madura, (7) Ke-4 Pemkab di Madura membuat proyek pembuatan Museum Madura, Ensiklopedi Madura, Kamus Bhasa Madura, Digitalisasi Literasi Bhasa Madura, dan seterusnya. Saya kira masih banyak lagi opsi-opsi penting utk menyelamatkan Bhasa Madura.

Tinggalkan Balasan

error:

Eksplorasi konten lain dari Madurapers

Langganan sekarang agar bisa terus membaca dan mendapatkan akses ke semua arsip.

Lanjutkan membaca