Eri menekankan pentingnya transparansi agar warga tahu alasan titik tertentu belum ditangani. “Misal (ada yang tanya) loh habis bangun box culvert kok masih banjir? Nah, box culvert di titik itu (satu catchment area) yang tidak banjir, sama seperti di Dukuh Kupang, Pakal Madya, itu sudah nggak banjir karena sudah dikerjakan. Kalau di tempat lainnya ya masih banjir, karena (memang) belum dikerjakan, dan ada beberapa ratus titik tadi,” katanya.
Menurut Eri, infrastruktur di Surabaya dibangun berdasarkan skala prioritas. Anggaran akan difokuskan pada wilayah yang paling membutuhkan untuk hasil maksimal.
Ia juga memberi perhatian khusus pada perkampungan yang rawan banjir. Jika sebuah kampung belum memiliki saluran U-Ditch, maka pemkot akan segera mengerjakan penanganannya.
“Nah, sing gak banjir yo nggak tak garap (yang tidak banjir ya tidak saya kerjakan, red ), jadi bertahap di tahun berikutnya,” ungkapnya.
Mantan Kepala Bappeko Surabaya itu memastikan semua penanganan dilakukan secara bertahap. Dengan perencanaan yang matang, banjir di Surabaya diharapkan dapat diatasi.