Jakarta – Nilai ekspor Indonesia pada Maret 2025 mencapai US$23,25 miliar, tumbuh 5,95 persen dibandingkan bulan sebelumnya. Secara tahunan, ekspor juga meningkat 3,16 persen menurut data Badan Pusat Statistik (BPS).
Sementara itu, nilai impor Indonesia tercatat sebesar US$18,92 miliar, naik 0,38 persen dibanding Februari 2025. Jika dibandingkan Maret 2024, impor juga tumbuh sebesar 5,34 persen.
Dengan ekspor yang tumbuh lebih tinggi dari impor, neraca perdagangan Indonesia mencatat surplus sebesar US$4,33 miliar. Surplus ini menunjukkan ketahanan sektor perdagangan meski tekanan global masih terasa.
Surplus Maret 2025 lebih tinggi dibandingkan bulan sebelumnya, menandakan peningkatan performa ekspor. Namun, bila dibandingkan Maret tahun lalu, nilai surplus ini masih lebih rendah.
Secara kumulatif, sepanjang Januari hingga Maret 2025, neraca perdagangan Indonesia telah membukukan surplus sebesar US$10,92 miliar. Capaian ini menunjukkan konsistensi kinerja ekspor selama kuartal pertama tahun ini.
Rekor surplus Indonesia berlanjut selama 59 bulan berturut-turut sejak Mei 2020. Stabilitas ini menjadi sinyal positif bagi daya saing produk dalam negeri di pasar global.
Kenaikan ekspor yang lebih tinggi dari impor mencerminkan dorongan positif dari sektor komoditas unggulan dan industri manufaktur. Pemerintah perlu menjaga momentum ini lewat kebijakan perdagangan yang adaptif.
Meski impor juga tumbuh, pertumbuhannya lebih rendah sehingga tidak menggerus surplus. Ini menunjukkan bahwa kebutuhan bahan baku dan barang konsumsi masih dalam batas wajar.
Ke depan, tantangan global seperti geopolitik dan fluktuasi harga komoditas tetap harus diwaspadai. Namun, tren surplus ini memberi optimisme terhadap daya tahan ekonomi Indonesia.