Jakarta – Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS mengalami pelemahan pada 21 Maret 2025. Rupiah dibuka pada level Rp16.480 per dolar AS, lebih rendah dibanding penutupan sebelumnya di Rp16.470 per dolar AS.
Pelemahan rupiah terjadi di tengah penguatan indeks dolar AS (DXY) yang naik ke level 103,85. Sementara itu, yield Surat Berharga Negara (SBN) 10 tahun mengalami kenaikan tipis dari 7,08% menjadi 7,09%.
Di pasar keuangan, arus modal asing masih menunjukkan tekanan terhadap rupiah. Pada minggu ketiga Maret 2025, nonresiden mencatat jual neto sebesar Rp4,25 triliun, terutama dari pasar saham yang mencatat jual neto Rp4,78 triliun.
Namun, pasar obligasi masih menarik bagi investor asing. Nonresiden tercatat melakukan beli neto sebesar Rp1,20 triliun di pasar SBN, meskipun ada jual neto Rp0,67 triliun di Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI).
Sepanjang 2025, tekanan jual asing tetap tinggi di pasar saham. Hingga 20 Maret 2025, nonresiden mencatat jual neto Rp28,10 triliun di pasar saham, sementara di pasar SBN masih terjadi beli neto sebesar Rp23,87 triliun.
Premi Credit Default Swap (CDS) Indonesia lima tahun juga meningkat. Per 20 Maret 2025, premi CDS mencapai 88,51 basis poin, naik dari posisi 81,20 basis poin pada 14 Maret 2025.
Untuk menjaga stabilitas rupiah, Bank Indonesia terus memperkuat koordinasi dengan pemerintah dan otoritas terkait. Strategi bauran kebijakan terus dioptimalkan guna menjaga ketahanan ekonomi eksternal Indonesia.
Meskipun ada tekanan terhadap rupiah, Bank Indonesia berkomitmen menjaga stabilitas sistem keuangan. Langkah-langkah kebijakan moneter dan intervensi pasar akan terus dilakukan untuk menghadapi dinamika global dan domestik.