Secara umum, bahasa Madura memiliki empat dialek utama, yaitu: (1) Dialek Bangkalan, (2) Dialek Pamekasan, (3) Dialek Sumenep, dan (4) Dialek Kangean. Setiap dialek memiliki ciri khas dalam pengucapan dan pemilihan kata. Misalnya, dalam dialek Bangkalan, terdapat beberapa variasi dalam menyebut kata “kamu,” seperti [bǝ’ǝŋ], [kakƐh], dan [hƐdǝh]. Sementara itu, kata “besok” dapat diungkapkan dengan dua varian, yaitu [lǝgʱuʔ] dan [dʱǝkki’].
Indonesia merupakan negara dengan jumlah bahasa daerah terbanyak kedua di dunia setelah Papua Nugini. Oleh karena itu, pelestarian bahasa daerah menjadi salah satu tantangan besar yang harus dihadapi. Salah satu cara untuk melestarikan bahasa daerah adalah melalui berbagai proyek kreatif seperti pembuatan film dokumenter, penelitian, penyusunan kamus, serta kolaborasi dengan berbagai pihak, termasuk siswa, mahasiswa, guru, dan dosen.
Saat ini, Kurikulum Merdeka menjadi kurikulum terbaru yang diterapkan di Indonesia. Salah satu fokus utama dari kurikulum ini adalah mendorong peserta didik untuk mengerjakan proyek yang memiliki dampak nyata bagi masyarakat.
Sebagai bentuk implementasi Kurikulum Merdeka, Program Studi S1 Manajemen Pendidikan Islam STAI Syaichona Cholil Bangkalan telah berhasil menyusun Mini Kamus Bahasa Madura-Inggris. Proyek ini dilakukan dengan tujuan melestarikan bahasa Madura sekaligus memperkenalkannya ke level internasional. Proses penyusunan kamus ini berlangsung selama sekitar empat bulan.
Kamus ini mencakup: (1) Kosakata bahasa Madura beserta terjemahan dalam bahasa Inggris, (2) Idiom dalam bahasa Madura, dan (3) Berbagai ungkapan khas bahasa Madura.