Mengapa Perempuan Harus Bermental Kuat?
Dari kisah Siti Hajar si perempuan perantau, banyak hal yang dapat diteladani bagi perempuan masa kini. Perempuan harus bermental kuat, terus berusaha pantang menyerah, dan tidak kehilangan harapan. Selain itu, perempuan harus memiliki akhlak yang baik. Keharusan ini bukan maksud membatasi atau berekspektasi lebih tentang kebebasan hak dan berekspresi perempuan.
Perempuan sebagai calon pendidik pertama anak akan menurunkan sifat-sifat kepada anaknya. Nilai luhur baik dan buruk akan ikut menyertai. Banyak hal yang perlu diperhatikan lebih mendalam tentang peran dan batas-batas ruang gerak perempuan.
Dari segala keterbatasan yang dilabelkan kepada perempuan, penyudutan ini seakan memberi banyak beban disertai stereotip “Pamali” atau hal-hal lainnya. Perempuan dalam apa pun keadaannya, selama itu benar, dan tidak melanggar syariah agama Islam ia harus tetap menyuarakan kesetaraan dan hak-haknya.
Meneladani Siti Hajar, sebagai perempuan mandiri yang bermental tangguh, kita dikenalkan dengan penjelmaan perempuan muslimah yang seutuhnya. Menjadi muslimah bukan berarti harus diam mengaji beribadah, karena perempuan dan lelaki tidak ada bedanya.
Mengutip pesan-pesan Quraisy Shihab, “Sang Pencipta sangat tahu bahwa perempuan merupakan pendamping terbaik laki-laki. Sebagaimana halnya laki-laki adalah pendamping terbaik perempuan. tak ada yang lebih tinggi, juga tak ada yang lebih rendah. Sebab tinggi rendahnya kedudukan seseorang di hadapan Allah tidak ditentukan dari jenis kelamin. Namun dari ketakwaannya.”