Opini  

Belajar dari Siti Hajar, Perempuan Perantau Bermental Tangguh

Foto Herlina

Kisah kehidupan para Nabi memiliki banyak nilai keteladanan, salah satunya adalah keluarga Nabi Ibrahim, sebut saja Siti Hajar istri kedua Nabi Ibrahim atau Ibunda Nabi Ismail. Kisah kehidupan Nabi Ibrahim dengan istri pertamanya, Siti Sarah, belum juga dikaruniai keturunan. Akhirnya, Siti Sarah memutuskan untuk mengikhlaskan suaminya menikah lagi.

Setelah Nabi Ibrahim menikah dengan Siti Hajar, tidak lama kemudian pernikahan mereka dikaruniai seorang anak bernama Nabi Ismail. Keturunan yang lama dinantikan akhirnya dikaruniai juga. Nabi Ibrahim tidak henti-hentinya bersyukur kepada Allah. Pasca Siti Hajar melahirkan, Allah memerintahkan Nabi Ibrahim untuk mengirim Siti Hajar ke suatu wilayah, yaitu Tanah Haram (saat ini dikenal dengan Kota Mekkah).

Di Tanah Haram yang gersang pada waktu itu, Siti Hajar ditinggal oleh Nabi Ibrahim, ia hanya berdua dengan Nabi Ismail kecil dan memulai kehidupan baru di tengah tanah gersang tanpa pepohonan dan sumber mata air.

Sosok Siti Hajar merupakan cerminan perempuan perantau yang bermental kuat. Pengalaman-pengelaman hidup setelah ditinggal Nabi Ibrahim mampu mendidik Nabi Ismail kecil sendirian tanpa ada tetangga dan famili.

Meneladani Sosok Siti Hajar dengan Karakteristiknya

Membahas tentang perempuan tidak ada hentinya didengungkan. Perempuan kerap kali dinilai sebagai sosok lemah, tidak layak sebagai pemimpin, dan menjadi beban laki-laki. Hidup di lingkungan patriarki memang memiliki keunikan nuansa yang ngeri-ngeri sedap. Pasalnya, perempuan selalu dinilai sebagai objek.

Perempuan-perempuan hebat di masa Nabi Ibrahim seperti Siti Hajar memiliki inspirasi dan semangat perempuan yang layak dijadikan teladan. Membahas tentang tokoh, hal yang penting diketahui dahulu ialah karakteristik tokoh.

Tinggalkan Balasan

Eksplorasi konten lain dari Madurapers

Langganan sekarang agar bisa terus membaca dan mendapatkan akses ke semua arsip.

Lanjutkan membaca