Jakarta – Peta kependudukan dunia terus berubah, menggambarkan dinamika jumlah penduduk, tekanan ruang, dan tantangan pembangunan. Sepuluh negara terpadat data World Population Review menjadi cerminan kompleksitas demografi global, Selasa (10/06/2025).
India kini menjadi negara terpadat dengan 1,46 miliar jiwa, menggeser posisi China. Ini menandai lonjakan populasi yang cepat di Asia Selatan.
China berada di posisi kedua dengan 1,41 miliar jiwa dan kepadatan 150 jiwa/km². Penurunan laju pertumbuhan menjadi tantangan baru dalam struktur usia penduduk.
India mencatat kepadatan 492 jiwa/km², jauh lebih tinggi dari China. Tekanan terhadap lahan dan sumber daya di India pun semakin berat.
Amerika Serikat menempati urutan ketiga dengan 347 juta jiwa dan kepadatan 38 jiwa/km². Rasio ini mendukung fleksibilitas dalam tata ruang dan infrastruktur.
Indonesia berpenduduk 285 juta jiwa dengan kepadatan 152 jiwa/km². Sebagai negara kepulauan, distribusi penduduknya menuntut strategi spasial yang adaptif.
Pakistan dan Bangladesh menghadapi tekanan demografis tinggi. Bangladesh, dengan 1.350 jiwa/km², menjadi salah satu negara paling padat di dunia.
Nigeria dan Ethiopia menunjukkan lonjakan populasi di Afrika Sub-Sahara. Nigeria mencapai 261 jiwa/km², memicu urbanisasi tanpa kendali.
Brasil dan Rusia memiliki wilayah luas, namun kepadatan rendah, masing-masing 25 dan 9 jiwa/km². Keduanya membutuhkan kebijakan migrasi internal untuk pemerataan pertumbuhan.
Kepadatan tinggi memperbesar risiko kemiskinan dan keterbatasan akses layanan. Di India, Pakistan, dan Bangladesh, lebih dari 30% warga hidup di lingkungan kumuh.
UN DESA 2025 menyebut 55% penduduk dunia tinggal di kota, dan akan naik jadi 68% pada 2050. Diperlukan kebijakan holistik berbasis kualitas hidup dan keadilan spasial.
Tanpa pengelolaan berkelanjutan, pertumbuhan populasi akan memperparah kesenjangan dan kerusakan ekologi. Negara-negara padat wajib mengembangkan strategi pembangunan berbasis tata ruang.