Dari perspektif teknologi memasaknya, sate dimasak dengan cara dipanggang/dibakar. Vivienne Kruger menyebutkan bahwa teknologi memasak daging seperti ini berasal dari Tamil. Teknologinya terinspirasi dari cara mengolah daging kebab di Turki dan Arab. Teknologi memasak daging ini diperkenalkan oleh saudagar muslim Tamil dan Gujarat ke penduduk Asia Tenggara.
Menurut Mary Ellen Snodgrass (2013) kebab berasal dari Persia. Kuliner ini diperkirakan ada di sebagian wilayah tersebut sebelum masehi dan kemudian menyebar ke seluruh Persia dan Timur Tengah pada abad ke-8, menyebar ke India pada abad ke-15, dan Turki mempopulerkan ke seluruh dunia pada abad ke-16.
Perkenalan etnis Jawa/Madura pada teknologi ini terjadi ketika saudagar muslim Tamil dan Gujarat menyebarkan agama Islam melalui jalur perdagangan di Asia Tenggara. Menurut G.W.J. Drewes saudagar muslim Gujarat masuk ke bumi nusantara pada abad ke-13 Masehi (Tjandrasasmita, 2009).
Teknologi memasak daging di era tersebut berbeda dengan teknologi yang digunakan oleh etnis Jawa. Menurut Rachma Dania (2019) etnis Jawa memasak daging dengan cara merebus. Baru setelah kontak budaya dengan saudagar muslim Tamil dan Gujarat, etnis Jawa mengenal teknologi memasak daging dengan cara dipanggang/dibakar.
Dari perspektif pengetahuan etnis Madura terhadap sate, pengetahuannya diperoleh dari masyarakat Ponorogo. Konon menurut cerita rakyat, sate ini dipelajari oleh Harya Jaran Panoleh (Adipati Sumenep) dan rombongannya dari masyarakat Kadipaten Ponorogo. Akses belajar cara memasak sate ini diperolehnya setelah diberikan izin oleh Lembu Kanigoro (nama lain: Bhatoro Katong, Raden Joko Piturun, Raden Harak Kali, dan Jaka Umbaran), saudara Harya Jaran Panoleh (nama lain: Jaka Pekik) selaku Adipati Kadipaten Ponorogo (Okezone, 2017).
Wah, mantap. Ini menjadi referensi penting bagi madurolog dan pecinta sejarah kuliner.
Ini bisa dijadikan kajian serius dan sbg destinasi wisata unggulan bagi dinas pariwisata Jatim. Coba Fauzi komunikasi dg Sekpri Disbudpar Jatim Bu musrifah. Dulu sy sering kontak dia terkait pembentukan prodi baru “Pariwisata Islam” di Fak. Adab.
Mantap pak Ali