Perkenalan etnis Jawa/Madura pada teknologi ini terjadi ketika saudagar muslim Tamil dan Gujarat menyebarkan agama Islam melalui jalur perdagangan di Asia Tenggara. Menurut G.W.J. Drewes saudagar muslim Gujarat masuk ke bumi nusantara pada abad ke-13 Masehi (Tjandrasasmita, 2009).
Teknologi memasak daging di era tersebut berbeda dengan teknologi yang digunakan oleh etnis Jawa. Menurut Rachma Dania (2019) etnis Jawa memasak daging dengan cara merebus. Baru setelah kontak budaya dengan saudagar muslim Tamil dan Gujarat, etnis Jawa mengenal teknologi memasak daging dengan cara dipanggang/dibakar.
Dari perspektif pengetahuan etnis Madura terhadap sate, pengetahuannya diperoleh dari masyarakat Ponorogo. Konon menurut cerita rakyat, sate ini dipelajari oleh Harya Jaran Panoleh (Adipati Sumenep) dan rombongannya dari masyarakat Kadipaten Ponorogo. Akses belajar cara memasak sate ini diperolehnya setelah diberikan izin oleh Lembu Kanigoro (nama lain: Bhatoro Katong, Raden Joko Piturun, Raden Harak Kali, dan Jaka Umbaran), saudara Harya Jaran Panoleh (nama lain: Jaka Pekik) selaku Adipati Kadipaten Ponorogo (Okezone, 2017).
Berdasarkan fakta sejarah kebudayaan tersebut, dapat ditafsirkan bahwa asal-usul sate Madura berasal dari Persia, bukan dari India (Tamil dan Gujarat), China (Hokkian) dan Jawa (Ponorogo). Pembuktiannya, tampak terlihat dari perspektif sejarah pengetahuan dan teknologi memasak sate etnis Madura. Menurut sejarahnya, pengetahuan etnis Madura memasak sate merupakan hasil belajar pada masyarakat Kadipaten Ponorogo, ketika Harya Jaran Panoleh Adipati Kadipaten Sumenep dan rombongannya berkunjung ke saudaranya Adipati Lembu Kanigoro di Kadipaten Ponorogo.
Lembu Kanigoro (adik Lembu Kenongo/Raden Patah, Raja Kesultanan Demak) dalam babad Ponorogo menjadi Adipati Kadipaten Ponorogo pada tahun 1486-1517 M (Tyas, 2018). Pasca mendukung Kesultanan Demak pada tahun 1496 M, adipati ini menjadi utusan Kesultanan Demak untuk menyebarkan agama Islam di Ponorogo (Wikipedia, 2021).
Pada periode tersebut, etnis Jawa dan Madura di bawah Kesultanan Demak terjadi kontak budaya dengan saudagar muslim Tamil dan Gujarat (India), yang masuk ke nusantara pada abad ke-13 M. Dari kontak budaya inilah dapat diduga/diperkirakan saudagar muslim Tamil dan Gujarat memperkenalkan sate ke etnis Jawa dan Madura.
Sate ini dari sisi teknologi memasaknya dengan cara dipanggang/dibakar. Teknologi ini berbeda dengan teknologi memasak daging etnis Jawa/Madura pada abad ke-13 M, yaitu dengan cara direbus. Teknologi memasak seperti ini terinspirasi dari cara mengolah daging kebab yang berasal dari Persia.
