Opini  

Oligarki Manusia dan Semut, Apa Bedanya?

Mohammad Fauzi, Dewan Penasehat Lembaga studi Perubahan dan Demokrasi (LsPD)

Meski dalam bentuk yang sederhana, fenomena oligarki juga ada dalam koloni atau masyarakat semut. Oligarki di koloni semut yang mirip dengan kehidupan politik/pemerintahan manusia adalah oligarki sultanistik (sultanistic oligarchy) dan oligarki panglima (warring oligarchy) (Winters, 2011).

Oligarki sultanistik sarana pemaksaan berada di tangan satu oligark sebagai patron dan rakyat sebagai klien (Chehabi dan Linz, 1998). Oligarki panglima sarana pemaksaan berada di tangan para panglima yang memiliki kemampuan mengendalikan alat kekerasan, produksi, dan distribusi kekayaan dan kekuasaan (Earle, 1997).

Post ADS 1

Namun yang membedakan dengan kedua oligarki manusia tersebut, oligarki di koloni semut bersifat semu (pseudo). Yakni, oligarki yang dibangun dengan sistem kasta yang ketat (Yahya, 2003) dan perbudakan (National Geographic, 2009). Dalam sistem kedua oligarki tersebut, kasta semut ratu secara simbolik sebagai oligark-nya, yakni sebagai simbol dan penguasa koloni tapi tidak memiliki hak dan klaim kepemilikan atas kekayaan koloni.

Kekayaan koloni dimiliki dan dinikmati bersama sehingga kesenjangan sosial-ekonomi (miskin-kaya) dan politik (penguasa-massa) tidak ada di koloni semut. Bahkan, sang ratu dan telurnya posisinya dijadikan objek bukan subjek di koloni, yakni menjadi harta karun koloni semut yang dilindungi oleh semua semut. Posisinya yang demikian sehingga semut ratu ketergantungan pada semut lain. Hal ini karena semut ratu diberikan makanan oleh semut pekerja dan dibuahi oleh semut jantan (Yahya, 2003).

Distribusi kekayaan dan wewenang di koloni semut berkeadilan. Baik kasta semut ratu, jantan, prajurit, pekerja maupun semut budak sama-sama dapat menikmati kekayaan koloni secara proporsional. Bahkan mereka rela membaginya kepada semut yang lain demi mempertahankan kelangsungan hidup koloni semut. Ini semua dilakukan semut dengan mudah karena setiap semut tunduk pada sistem kasta yang ketat. Tugas yang menjadi kewajibannya di koloni dilakukan selama 24 jam (Yahya, 2003) tanpa ada orientasi mendominasi kekayaan melalui kekuasaan.

Respon (2)

  1. Menarik sekali opini ini. Bedanya ternyata kl koloni semut si ratu sbg oligark tdk rakus (kekayaan milik bersama dan tdk ada disparitas kaya-miskin), tp sebaliknya jika oligarkhi kekuasaan pada manusia, justru oligark (elit) nya justru rajin numpuk kekayaan, menindas yg bawah dan menciptakan disparitas sosial. Alhasil, oligarkhi semut lebih baik (kl tdk lebih mulya) drpd oligarkhi manusia.

  2. Berarti para pemimpin oligark ini perlu belajar pada sistem oligarki semut sj, biar keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia

Tinggalkan Balasan

error:

Eksplorasi konten lain dari Madurapers

Langganan sekarang agar bisa terus membaca dan mendapatkan akses ke semua arsip.

Lanjutkan membaca