Jakarta – Membaca Al-Qur’an sangat dianjurkan, terutama pada sepuluh hari terakhir Ramadhan. Selain dzikir dan shalat malam, Nabi Muhammad SAW mengajarkan umatnya untuk memperbanyak membaca Al-Qur’an di waktu-waktu tersebut.
Al-Qur’an merupakan kitab suci yang menjadi petunjuk bagi umat manusia. Untuk memahami isi dan pesan yang terkandung di dalamnya, seseorang tidak cukup hanya membaca terjemahannya.
Wakil Sekretaris Jenderal (Wasekjen) MUI Bidang Dakwah dan Ukhuwah, Kiai Arif Fahruddin, menegaskan pentingnya memahami Al-Qur’an dengan bimbingan ulama.
“Harus membaca Al-Qur’an dan dibarengi dengan mempelajari tafsirnya kepada kyai atau ustadz yang kompeten, karena kalau hanya membaca terjemah Al-Qur’an saja tanpa memahami maksud dan makna ayat-ayat Al-Qur’an secara kompeten, maka tidak bisa memahami keindahan dan kemukjizatan Al-Qur’an,” ujarnya, kutip MUIDigital, Senin (24/03/2025).
Doktor Ilmu Tafsir Alquran IIQ Jakarta ini menjelaskan bahwa Al-Qur’an menawarkan solusi atas berbagai permasalahan hidup. Sebagai kitab petunjuk (hudan) dan penawar (syifa’), Al-Qur’an membantu manusia menemukan jalan yang benar.
Al-Qur’an mengandung prinsip-prinsip yang dapat menjadi pedoman dalam menyelesaikan masalah kehidupan. Baik dalam aspek sosial, ekonomi, maupun spiritual, pemahaman dan pengamalan Al-Qur’an membawa ketenangan dan keberkahan.
Ia juga menekankan pentingnya menumbuhkan kecintaan terhadap Al-Qur’an, khususnya bagi generasi muda. Menurutnya, memahami keindahan sastra dan kedalaman makna Al-Qur’an dapat meningkatkan ketertarikan mereka.
“Kecintaan kepada Al-Qur’an tidak dapat diraih kecuali dengan memahami keindahan sastra, kedalaman makna, dan keagungan Allah SWT. Petunjuk-petunjuk Al-Qur’an terhadap fenomena alam, sejarah masa lalu dan masa depan, serta akurasi keterkaitan antara Al-Qur’an dan sains, jika dipahami dengan baik oleh generasi muda, mereka pasti sangat tertarik,” paparnya.